Find Us On Social Media :

Pamer Akta Cerai, Shinta Bachir Siap Cari Suami Baru!

By Okki Margaretha, Sabtu, 14 April 2018 | 06:47 WIB

Shinta Bachir saat ditemui oleh Grid.ID di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (6/4/2018).

Laporan Wartawan Grid.ID, Haviera Rahma Noordiany

Grid.ID - Meski telah gagal beberapa kali dalam menjalani kisah kasih hidupnya, Shinta Bachir telah siap untuk memulai awal yang baru.

Baru-baru ini ia sempat mengunggah foto akta cerainya dengan mantan suaminya.

“Alhamdulillah syah dan jelas jandeee 2018 awal yang bagus,” tulis Shinta Bachir dalam akun Instagramnya seperti yang dikutip oleh Grid.ID, Jumat (13/4/2018).

(Khawatirkan Anak, Shinta Bachir Mulai Tolak Peran Wanita Seksi)

Saat ditemui oleh Grid.ID, wanita kelahiran Wonosobo ini mengaku senang telah mendapatkan akta cerai tersebut.

Menurutnya, akta cerai penting baginya untuk memulai hidup yang baru.

“Kalau saya mau nikah lagi istilahnya klarifikasi itu perlu,” kata Shinta Bachir ketika dijumpai oleh Grid.ID di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (13/4/2018).

“Ketika saya mau membangun lagi rumah tangga dengan orang baru, orang yang baru sudah tahu cerita aku dulu gini.”

(Shinta Bachir Curhat Soal Kehidupannya Dulu, Enggak Nyangka Ternyata Seperti Ini...)

“Proses yang digosipin nikah siri oh ternyata bersurat jelas. Anak yang katanya di luar nikah ada prosesnya, ada surat-suratnya,” jelas pemain dalam film Suster Keramas tersebut.

Rupanya proses perceraian Shinta Bachir dengan suaminya juga memakan waktu yang cukup lama.

“Lama, karena mantan suami penginnya mempertahankan. Saya pisah itu 2016 bulan Agustus, baru keluar kemarin Februari,” tambahnya.

Wanita berusia 32 tahun tersebut mengaku telah siap untuk menyongsong kehidupan baru dengan pria lain.

(Pamer Belahan Dada, Netizen Ingatkan Shinta Bachir Soal Buka Tutup Hijab)

Namun sayangnya, sampai detik ini belum ada pria yang berhasil untuk menyentuh hatinya.

Pengalamannya yang terdahulu telah memberikan pelajaran bagi dirinya untuk lebih selektif dalam memilih pendamping hidup.

“Sekarang pertimbangannya adalah anak saya. Dia bisa enggak, jadi Bapak buat anak saya, dia bisa enggak membantu saya membimbing anak saya,” pungkasnya.

(*)