Find Us On Social Media :

Kabar Gembira, Program Inkubasi Startup dari Grab Kembali Dibuka

By Nana Triana, Jumat, 13 Maret 2020 | 17:18 WIB

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Teten Masduki, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Johnny G Plate, Ridzki Kramadibrata, Neneng Goenadi, Nicko Widjaja, jajaran partner, dan alumnus GVV (DOK. Humas GRAB)

Grid.ID - Sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) berkontribusi besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Sektor ini tiap tahun mengalami pertumbuhan pesat.

Melansir dari data Kementerian Koperasi dan UKM RI pada 2018, tercatat ada 64,1 juta pelaku usaha di Indonesia. Sebanyak 99,99 persen merupakan pelaku UMKM serta sisanya, 0,01 persen merupakan pelaku usaha besar.

Sektor UMKM juga mampu menyerap sekitar 116,9 juta pekerja dari 121 juta angkatan kerja di Indonesia. Artinya, UMKM menyumbangkan sekitar 97,00 persen tenaga kerja nasional.

Namun sayangnya, tidak semua pelaku UMKM bisa mengembangkan usahanya ke skala yang lebih besar. Ada beberapa masalah umum yang menghambat pelaku UMKM naik kelas, seperti kekurangan modal, manajemen bisnis, distribusi barang, dan pemanfaatan teknologi.

Kesulitan modal menjadi masalah klasik para pelaku UMKM. Keterbatasan modal membuat mereka tidak bisa meningkatkan jumlah produksinya.

Selanjutnya, minimnya pengetahuan manajemen bisnis. Saat ini, masih banyak pelaku UMKM yang hanya fokus pada produksi barang. Akibatnya, modal usaha justru berhenti di barang produksi karena tidak menerapkan strategi pengembangan urung dilakukan.

Permasalahan klasik lainnya adalah distribusi barang. Produk dari pelaku UMKM memang terkenal berkualitas, tapi sayangnya mereka justru kebingungan dalam mendistribusikan produk tersebut.

Bayangkan bila ada teknologi yang membantu para pengusaha mikro dalam menjual produk yang mereka hasilkan. Tentu jangkauan pemasarannya makin luas.

Contoh kesulitan distribusi ini terjadi pada nelayan. Saat ini, nelayan tradisional kesulitan menjual tangkapan ikan. Mereka akhirnya terpaksa menjual lewat tengkulak. Harga jual yang diterima nelayan pun cukup rendah.

Permasalahan distribusi sebenarnya bisa diatasi melalui bantuan teknologi. Para nelayan bisa dengan mudah memasarkan produk hasil laut melalui aplikasi e-commerce. Harga yang ditawarkan pun jauh lebih kompetitif dan cakupan pasarnya bisa lebih luas. Dengan demikian, nelayan tidak lagi mengeluhkan pendapatan.

Salah satu startup yang membantu penyaluran produk UMKM adalah TaniHub. Startup ini membantu petani dalam menjual produk langsung ke tangan konsumen. Dengan demikian, hasil yang didapat petani lebih besar karena petani tidak lagi menggunakan jalur distribusi yang berlapis-lapis.

Usaha Grab Memberdayakan Startup dan UMKM Indonesia