Find Us On Social Media :

Mengenal Kehamilan Palsu dari Penyebab, Gejala, Sampai Efeknya untuk Wanita

By Linda Fitria, Selasa, 24 April 2018 | 13:32 WIB

Mengenal tentang Kehamilan Palsu

Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Fitria C

Grid.ID - Kehamilan palsu adalah suatu keadaan saat seorang wanita merasa dirinya hamil.

Bahkan tubuh menunjukkan semua kondisi yang berhubungan dengan kehamilan.

Kehamilan palsu atau yang dalam istilah medis disebut Pseudocyesis membuat wanita seakan hamil padahal tidak.

Lantas apa sih yang menyebabkan kehamilan palsu terjadi?

Dikutip dari laman Boldsky, kehamilan palsu dapat terjadi ketika ada perubahan tertentu dalam sistem endokrin tubuh.

Hal ini akhirnya berpengaruh pada sekresi hormon tertentu yang mengarah pada perubahan tubuh mirip dengan ibu hamil.

(BACA JUGA : Mirip Infeksi Saluran Kencing, Ternyata Gejala Ini Pertanda Kanker Endometriosis, Seperti Apa?)

Wanita yang pernah keguguran berulang kali, menderita masalah infertilitas, atau usia menjelang menopause biasanya ingin memiliki keturunan.

Keinginan itu membuat tubuhnya menghasilkan beberapa tanda kehamilan palsu.

Tanda-tanda itu kemudian disalah artikan oleh wanita sehingga terjadi pelepasan hormon seperti esterogen dan prolaktin dan menimbulkan gejala kehamilan.

Gejala-gejala yang terjadi selama kehamilan palsu hampir sama dengan kehamilan asli sebagai berikut :

- Morning sickness

- Payudara terasa nyeri

(BACA JUGA : Miss V Jerawatan, Normal Nggak sih? Cari Tahu yuk Jawabannya!)

- Perubahan ukuran payudara

- Bertambah berat badan

- Terdapat gangguan periode mentruasi

- Pelunakan serviks

- Pembesaran rahim

Untuk mengetahui seseorang mengalami kehamilan palsu, wanita bisa memeriksakannya ke dokter.

(BACA JUGA : Hindari Pembentukan Geng, Sebuah Sekolah Larang Siswa Gunakan Kata 'Sahabat')

Dokter akan melakukan tes pemeriksaan untuk mengetahui apakah wanita hamil atau tidak.

Kehamilan palsu bisa berlangsung dari beberapa hari bahkan hingga bulan.

Setelah wanita mengetahui ia mengalami kehamilan palsu, mereka bisa mengalami depresi dan trauma.

Beberapa kasus terjadi dan pasien bisa diobati dengan obat.

Namun, yang tak kalah penting adalah dukungan dari keluarga terutama dari suami untuk terus memberikan semangat.(*)