Find Us On Social Media :

Sejarah Panjang Sindrom Asperger, Dosa Seumur Hidup Nazi, dan Dunia Medis yang Gempar

By Aditya Prasanda, Rabu, 25 April 2018 | 11:19 WIB

Pimpinan tertinggi Nazi, Adolf hitler dan dokter Hans Asperger

Usaha pelurusan sejarah, betapapun pahitnya merupakan satu-satunya cara untuk mengobati luka para korban, keluarga dan kemanusiaan itu sendiri

Grid.ID - Selama bertahun-tahun, dokter spesialis anak, Hans Asperger dikenal atas dedikasinya di dunia pediatri (ilmu kedokteran anak).

Namun tidak banyak yang tahu, Hans Asperger yang namanya diabadikan menjadi nama sebuah gejala penyandang kebutuhan khusus, sindrom Asperger ternyata terlibat aktif dalam program euthanasia yang digalakkan Nazi, tulis sebuah studi di jurnal Molecural Autism.

Program euthanasia merupakan program pembunuhan massal yang menyasar orang-orang berkebutuhan khusus, dan penyandang disabilitas di era Nazi.

Cacat Perang dan Keberhasilan Transplantasi Skrotum Pertama di Dunia

Sejarawan medis dan penulis, Herwig Czech dari Universitas Kedokteran Wina menulis, Hans Asperger bertanggung jawab penuh atas ratusan anak disabilitas yang dipenjara dan dijadikan kelinci percobaan di klinik milik Nazi, Am Spiegelgrund di Wina.

Sekitar 800 anak tercatat tewas disuntik, diracuni dan dibiarkan mati kelaparan di ruang jagal berkedok rumah sakit milik Nazi itu.

Penelitian yang memicu 'percakapan besar'

Penelitian ini menantang narasi akademis yang menahun mencatat Hans Asperger sebagai salah seorang yang menentang rezim Nasional-Sosialis itu.

Studi itu menulis, meski Hans Asperger tidak pernah bergabung dengan Nazi, ia tercatat sebagai anggota beberapa organisasi yang berafiliasi dengan partai pimpinan Adolf Hitler itu -- menilik data pribadi Asperger, penuturan sejumlah otoritas Nazi, serta catatan dari berbagai sumber.

"Karir Hans Asperger melesat dan cemerlang saat rezim Nazi berkuasa, terlepas dari jarak ideologi dan politik yang ia akui" tulis Czech.

Di Balik Kecanggihan Kamera Pengintai Tiongkok: Benarkah ini Ancaman Serius Bagi Kebebasan Berpendapat Rakyatnya?