Find Us On Social Media :

Viral! Tubuh Seekor Babi Disuntik Virus Corona dan Dijadikan Makanan untuk Babi Lainnya, Alasannya Bikin Takjub

By Devi Agustiana, Rabu, 15 April 2020 | 15:06 WIB

Ilustrasi. Seekor anak babi disuntikan virus corona di China.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Diketahui bersama bahwa virus covid-19 berasal dari kota Wuhan, China.

Virus yang sudah berstatus pandemi global ini, kian hari semakin membuat masyarakat panik di berbagai negara.

China selalu berbuat sesuatu dan melakukan berbagai hal untuk menggali informasi akan suatu hal yang bikin mereka penasaran.

Nah, kali ini mereka meneliti soal virus corona atau covid-19 dengan menyuntikan virus tersebut pada babi.

Baca Juga: Banyak Orang Prihatin Gegara Pagebluk Makin Merajalela, Andre Taulany Tiba-tiba Bikin Video Permintaan Maaf atas Kelakuannya: Maaf Jika Kami Terlihat Gembira di Tengah Wabah Corona

Tidak diragukan lagi virus corona adalah salah satu penyakit paling menular saat ini.

Dengan tingkat penularaannya yang tinggi menyebabkan virus ini dengan cepat menyebar hingga ke seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Beragam penelitian dilakukan untuk mengamati virus ini termasuk penelitian yang cukup ekstrem ini.

Seorang ilmuwan China menyuntikkan anak babi dengan virus corona, kemudian menggilingnya untuk dijadikan makanan babi lainnya.

Baca Juga: Tak Akan Dibubarkan Meskipun Membuat Acara di Tengah Pandemi Corona, Ini Syarat Gelar Khitan, Pernikahan, dan Takziah Saat PSBB di Jabodetabek

Lantas, apa tujuannya melakukan hal tersebut?

Menurut laporan, penelitian yang diterbitkan oleh Institute Virolory Wuhan, hal tersebut dilakukan ilmuwan untuk menyelidiki penularan lintas spesies virus corona.

Dengan menyuntikkan anak babi berusia 3 tahun dengan virus corona dan menjadikannya makanan untuk babi lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati wabah virus corona yang mungkin menyerang peternakan di China.

Baca Juga: Tak Ingin Ambil Keuntungan di Tengah Virus Corona, Prilly Latuconsina Tetap Beri THR untuk Pegawai

Para ilmuwan dalam penelitian tersebut menuliskan, "Studi ini menyoroti pentingnya mengidentifikasi keanekaragaman dan distribusi virus corona kelelawar untuk mengurangi wabah di masa depan."

Meskipun diyakini bahwa lonjakan terjadi setelah virus itu menyebar dari hewan ke manusia.

Namun beberapa meyakini bahwa virus itu sebenarnya buatan dan lepas dari sebuah laboratorium di Wuhan.

Menurut Daily Mail, pemerintah Inggris tak bisa mengabaikan tuduhan tentang virus yang lolos dari laboratorium.

Baca Juga: Penghasilannya Terdampak Virus Corona, Pedangdut Nassar Gadaikan Perhiasan dan Kini Jualan Hand Sanitizer?

Meskipun pada kenyataanya China berulang kali menyangkal tuduhan itu.

Sementara, mereka tetap mengatakan dengan tegas bahwa tidak ada kebocoran virus terjadi di laboratorium China.

Laboratorium yang meneliti virus corona itu dibuat pada tahun 2002 dan 2003 setelah wabah SARS muncul.

Pakar keamanan hayati AS Profesor Richard Ebright dari Institute Mikrobiologi Warksman Universitas Rutgers, New Jersey, AS mengatakan bahwa jika virus itu tidak diciptakan di laboratorium, virus itu bisa lolos dari sana ketika dianalisis.

Baca Juga: Sangat Dermawan! Ed Sheeren Hampir Sumbangkan Rp 20 Miliar dalam Satu Minngu untuk Penanganan Lokal Pandemi Corona

Dia mengatakan, "pengumpulan virus, kultur, isolasi atau infeksi hewan akan menimbulkan risiko besar pekerja laboratorium dan masyarakat."

Tetapi banyak ilmuwan mengatakan mereka tidak percaya itu berasal dari laboratorium karena tidak ada bukti.

Namun sebuah penelitian yang menyoroti virus corona mengatakan 13 dari 41 orang pertama yang terifeksi virus corona tidak memiliki kontak dengan pasar yang dituduh.

Dr. Cao Bin mengatakan, "Tampaknya jelas bahwa pasar hewan di Wuhan bukan satu-satunya asal virus tersebut."

Baca Juga: Dampak Wabah Corona, Selvi Kitty Alami Kerugian Setengah Miliar

Sementara itu hingga kini China belum menemukan dan belum mengungkapkan dari mana asal mula virus itu, mereka hanya melaporkan bahwa sumber utamanya adalah kelelawar.

Bahkan mereka sudah melakukan penelitian soal virus corona di kelelawar sejak 2011 dan diterbitkan pada 2017 silam sebelum menjadi wabah menular ke seluruh dunia.

(*)