Find Us On Social Media :

Jadi Saksi Karakter Ibu Negara dari Era Soeharto Hingga Jokowi, Yuni Shara Bongkar Watak Masing-masing Istri Presiden: Zaman Pak Harto Angker, Iriana Paling Pemalu dari Semuanya

By None, Sabtu, 6 Juni 2020 | 17:21 WIB

Jadi Saksi Karakter Ibu Negara dari Era Soeharto Hingga Jokowi, Yuni Shara Bongkar Watak Masing-masing Istri Presiden

Grid.ID - Sosok ibu negara memiliki peran penting dalam kehidupan seorang presiden sebagai pemimpin negara.

Kehadiran ibu negara di samping seorang pemimpin negara ternyata membawa aura tersendiri di Istana Negara.

Ya, Yuni Shara yang telah bertemu ibu negara dari zaman pemerintahan Presiden Soeharto hingga Presiden Jokowi merasakan aura berbeda.

Dari zaman Presiden Soeharto sampai Presiden Joko Widodo, Yuni Shara kerap menghadiri acara resmi kenegaraan dan berkunjung ke istana.

Dan rupanya, perbedaan presiden dan ibu negara dirasa Yuni Shara memberikan dampak yang berbeda pula pada kehidupan di seputar kediaman kepala negara.

Baca Juga: Anaknya Wisuda Online Gegara Pandemi Corona, Yuni Shara Beri Pesan Menyentuh untuk sang Putra: Selamat Meneruskan Hidup Nak…

Bahkan menurut Yuni Shara, tak sedikit atmosfir 'angker' meliputi masa jabatan presiden bersama ibu negara.

Pengakuan Yuni Shara ini diungkapkan dalam salah satu video yang diunggah oleh channel YouTube Let's Talk pada Rabu (3/4/2019).

Tak sendirian, kala itu Yuni Shara berbincang bersama sederet selebriti lainnya.

Yakni Pandji Pragiwaksono dan Sophia Latjuba sebagai host, Gading Marten, Ine Febrianty, Maria Selena, dan komika Ari Kriting.

Lalu, bagaimana pandangan para ibu negara menurut pengalaman Yuni Shara?

Pembicaraan dimulai ketika Sophia Latjuba menanyakan siapa ibu negara favorit Yuni Shara.

Tak menjawab secara lugas, Yuni Shara menceritakan bagaimana rasanya dekat dengan setiap ibu negara pada eranya masing-masing.

Cukup mengejutkan, Yuni Shara menyebut atmosfir 'angker' meliputi istana di zaman kepresidenan Soeharto.

"Kalau zaman Pak Harto (Soeharto, red.) itu angker," kata Yuni Shara sebagaimana Grid.ID kutip dari tayangan Let's Talk (6/4/2019).

Bukan soal mistis, rupanya kata angker yang dirujuk oleh Yuni Shara ini lebih kepada atmosfir tegang karena karakter sang Ibu Negara.

Baca Juga: Betah Menjanda Selama 12 Tahun hingga Nikmati Hidup dengan Kesendiriannya, Yuni Shara Terang-terangan Kenalkan Sosok Pria yang Sudah 25 Tahun Menemaninya Tepat di Hari Ulang Tahunnya, Wah Kira-kira Siapa Ya?

Tien Soeharto, menurut pandangan Yuni Shara, adalah salah seorang ibu negara yang terkenal akan karakter halus dan rapi khas priyayi Jawa.

"Kalau Ibu Tien, dia sederhana sekali.

"Paling banter pakainya (perhiasan, red.) mutiara.

"Kebayanya selalu pakai (motif, red.) bunga-bunga gitu," kata Yuni Shara.

Yuni Shara juga mengatakan bahwa Tien Soeharto begitu perhatian kepada orang-orang di sekitarnya, terutama masalah kesehatan.

"Terus dia sangat perhatian untuk siapa di sekelilingnya yang sakit.

"Boleh berobat ke (Rumah Sakit, red.) Harapan Kita gratis.

"Jadi banyak yang dilakukan sama Ibu Tien itu untuk siapa-siapa yang punya sakit jantung dan lain-lain itu berobat ke Rumah Sakit Harapan Kita.

"Saat itu, ibu sangat memperhatikan masalah kayak sembako dan lain-lain.

"Itu perempuan yang memperhatikan," lanjut Yuni Shara.

Baca Juga: Kapok Lantaran Nyaris Masuk Penjara Gegara Pasang Badan Bela Krisdayanti, Yuni Shara Kini Ogah Ikut Campur rumah Tangga Adiknya: Saya Enggak Mau Jawab di Luar Kapasitas Saya!

Boleh dekat dengan Tien Soeharto, tapi rupanya jika Presiden Soeharto sudah ada di samping sang Istri, mereka yang ada di dekat Ibu Tien harus jaga jarak.

"Dan kalau ke Pak Harto itu angkernya, kita nggak boleh deket gitu.

"Begitu ada Bapak, itu kita langsung minggir, udah minggir," cerita Yuni Shara.

Suasana yang berbeda rupanya dirasakan Yuni Shara di masa kepemimpinan B.J. Habibie.

Acara kasual seperti pesta kebun mulai dilakukan, bisa jadi karena latar belakang B.J. Habibie yang lama hidup di luar negeri.

Kontak fisik juga menjadi hal yang lumrah dilakukan.

"Saat berganti ke Presiden Habibie, itu mulai ada cipika-cipiki (cium pipi kanan-cium pipi kiri, red.).

"Udah mulai pakai peci dan cipika-cipiki.

"Dan mulai ada pesta di kebun, itu saat Presiden Habibie," kata Yuni Shara.

Aura berganti lagi ketika masa pemerintahan Presiden Gus Dur atau Abdurrahman Wahid.

Baca Juga: Nekat Lepas Hijab Usai Dicerai Suami karena Ogah Dipoligami, Begini Kabar Terbaru Trie Utami, Sang Juri Pedas AFI yang Sempat Hilang Ditelan Bumi

"Kemudian saat Presiden Gus Dur, kita lebih santai.

"Nggak sekaku itu dan warnanya jadi ganti hijau (lebih rileks, red.).

"Kalau dulu sebelumnya kan merah merah (tegang, red.) gitu.

"Ini hijau, terus ramai gitu ini istana semua orang kayaknya boleh masuk waktu itu," cerita Yuni Shara.

Yuni Shara mengakui bahwa perubahan aura ini terjadi lantaran sikap Gus Dur yang terbuka dan apa adanya.

Serta sikap Gus Dur yang memandang tiap orang punya derajat yang sama, tak ada kelas yang membedakan.

Lalu bagaimana dengan masa pemerintahan presiden wanita Indonesia, Megawati Soekarnoputri?

"Kemudian berganti ke Ibu Megawati, ganti angker lagi, merah lagi," ujar Yuni Shara sembari tertawa.

"Saat Bapak SBY, merah, lebih soft mungkin karena Pak SBY agak kayak Pak Harto sih waktu itu.

Baca Juga: Berbanding Terbalik 180 Derajat dengan Krisdayanti, Yuni Shara Ngaku Rahasia Awet Mudanya Bukan Karena Bantuan Pisau Bedah dan Oplas: Lendir Saya Pakai Masker dari Muka hingga Leher...

"Ibu (Ani Yudhoyono, red.) sangat berperan juga, sering menyapa," kata Yuni Shara soal pemerintahan SBY.

Berpindah ke era pemerintahan Jokowi, Yuni Shara mengakui bahwa sosok Iriana Jokowi justru merupakan pribadi yang paling pemalu di antara ibu negara lainnya.

"Ibu Iriana justru satu-satunya ibu negara yang saya hampir nggak pernah jumpai.

"Saya rasa, Ibu yang paling malu ya di antara semua ibu negara.

"Ibu Iriana cenderung sosok yang pemalu," cerita Yuni Shara.

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul, Bongkar Karakter Ibu Negara dari Era Soeharto sampai Jokowi, Yuni Shara : Zaman Pak Harto Angker, Iriana Cenderung Pemalu

(*)