Find Us On Social Media :

Aksi Sujud Sambil Nangis Sesenggukan di Depan Dokter Dituding Penuh Drama, Tri Rismaharini Cuma Bisa Ngelus Dada: Saya Jenderal Perang, Saya Bertanggung Jawab!

By Silmi Nur Aziza, Jumat, 3 Juli 2020 | 12:56 WIB

Aksi Sujud Sambil Nangis Sesenggukan di Depan Dokter Dituding Penuh Drama, Tri Rismaharini Cuma Bisa Ngelus Dada: Saya Jenderal Perang, Saya Bertanggung Jawab!

Laporan Wartawan Grid.ID, Silmi Nur A

Grid.ID - Peristiwa menghebohkan terjadi saat Walikota Surabaya, Tri Rismaharini atau yang sering disapa Risma, bersujud di kaki dokter.

Mengutip dari Surya.co.id, peristiwa sujudnya Tri Rismaharini tersebut terjadi saat audiensi terkait kasus virus corona di Surabaya.

Namun, beberapa orang menganggap kalau aksi sujud Tri Rismaharini hanyalah drama semata.

Baca Juga: Wali Kota Tri Rismaharini Mendadak Menangis hingga Sujud 2 Kali di Hadapan Dokter IDI saat Audiensi Covid-19: Tolonglah Kami Jangan Disalahkan Terus!

Kendati demikian, orang nomor satu di Surabaya itu mengaku tidak peduli.

"Tuhan Maha Tahu dan Mengerti apakah saya bohong atau tidak. Apa yang ada di dalam pikiran saya, adalah warga saya yang sakit," katanya secara eksklusif di acara KompasTV, Rosi dengan tema 'Ada Apa Dengan Risma', Kamis (2/7/2020).

Kala itu, Risma mengaku kalau tidak terima jika stafnya disalahkan karena koordinasi dan komunikasi perihal penuhnya rumah sakit dengan pasien Covid-19.

Baca Juga: Nekat Memandikan Jenazah Mertuanya yang Terinfeksi Covid-19 Saat Hamil, Seorang Ibu di Surabaya Dinyatakan Reaktif Bersama Empat Keluarganya yang Lain!

"Kalau ada yang mengatakan Bu Risma lebay, terserahlah. Saat itu saya hanya ndak mau staf saya disalahkan. Itu saja," katanya di acara 'Ada Apa Dengan Risma' dalam program acara KompasTV, Rosi, Kamis (2/7/2020).

Dalam pemberitaan sebelumnya, saat rapat audiensi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Risma tiba-tiba bangkit dan bersujud di hadapan dr Sudarsono.

Dilansir dari Surya, ketua tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSUD dr Soetomo tersebut saat itu mengkritik Pemerintah Kota Surabaya.