Hasilnya, ditemukan bahwa tikus dari kelompok histerektomi bernasib lebih buruk dibandingkan dengan tikus dari kelompok lain.
Hal serupa terjadi pada tikus kelompok histerektomi plus ooforektomi.
Dari sinilah para peneliti berpendapat bahwa jika rahim diangkat, maka ia memiliki dampak merugikan seperti masalah memori kerja (kognisi).
“Terlihat memori kerja sangat sensitif jika terjadi sesuatu pada rahim," ungkap salah satu peneliti.
Penting untuk diketahui, memori kerja merupakan jenis pemrosesan informasi jangka pendek yang terlibat dalam melaksanakan tugas-tugas kompleks seperti belajar, penalaran, dan navigasi.
“Banyak orang yang membicarakan tentang hubungan antara otak dan ovarium. Namun belum jelas apa hubungannya,” ungkap Heather Bimonte-Nelson, penulis senior dari penelitian ini.
“Kini, setelah penelitian ini kita tahu bahwa estrogen dan progesteron memiliki efek yang ditandai pada hal-hal seperti memori.
Sehingga dengan hasil ini, kami mulai berpikir tentang sistem otak rahim-ovarium dan bukan hanya sistem otak indung telur", sambungnya.
Menurut tim Bimonte-Nelson, sekitar sepertiga rahim wanita telah diambil (histerektomi) pada usia 60 tahun, dan sebagian besar operasi ini terjadi sebelum wanita mengalami menopause.
Ada banyak alasan mengapa wanita memutuskan untuk melakukan hal ini.
Namun alasan paling umum adalah fibroid (lesi jinak yang menyakitkan), endometriosis, prolaps uterus, hiperplasia (ketika lapisan uterus tebal abnormal sehingga menyebabkan perdarahan berat), dan penyakit kanker.
Sementara itu, sebagian wanita lainnya memilih tetap mempertahankan rahim mereka.
Namun dengan hasil penelitian ini, di mana rahim punya fungsi di luar kehamilan, maka ketika dokter merekomendasikan histerektomi atau wanita ingin melakukannya, sebaiknya memberitahu fungsi lain rahim ini.
Tujuannya agar wanita dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga memikirkan ulang jika ingin melakukan operasi pengangkatan rahim.
Luar biasa bukan fungsi lain dari organ istimewa pada wanita ini?
(*)