Find Us On Social Media :

Pasutri Wajib Catat! Ini Usia Ideal Wanita untuk Hamil, Dijamin Tumbuh Kembang Janin Optimal dan Sehat

By Devi Agustiana, Selasa, 18 Agustus 2020 | 17:04 WIB

Ilustrasi usia ideal bagi wanita hamil.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Kehadiran buah hati memang menjadi dambaan bagi banyak pasangan.

Pasalnya, dengan adanya anak, hubungan suami istri bisa menjadi lebih harmonis.

Namun, terkadang banyak faktor yang juga bisa menimbulkan hambatan untuk memiliki momongan.

Di antaranya masa subur dan usia wanita itu sendiri.

Baca Juga: Baru Seminggu Gajian, Pria Ini Kaget Dapati Karyawannya Memasak di Kantor, Ternyata Ada Alasan Mulia di Baliknya

Diwartakan melalui laman Tribun Jakarta, masa subur wanita adalah saat dikeluarkannya sel telur dari ovarium (indung telur) yang siap dibuahi oleh sperma.

Kejadian ini hanya berlangsung sekali dalam sebulan, yakni pada kurang lebih 14 hari sebelum terjadinya menstruasi yang akan datang.

Siklus menstruasi adalah rentang hari pertama haid sampai hari pertama pada haid berikutnya.

Normalnya menstruasi berlangsung selama 21-35 hari.

Tapi, banyak wanita memiliki siklus menstruasi selama 28 hari.

Baca Juga: Geram Menjadi Sasaran Kemarahan Sang Suami Saat Kehabisan Uang, Istri di Mampang Akhirnya Nekat Habisi Nyawa Pasangannya!

Di antara hari-hari itulah, terdapat masa paling subur pada wanita.

Jika terjadi pembuahan, yakni sel telur bertemu dengan sperma di masa subur wanita, maka kehamilan bisa terjadi.

Adapun untuk usia, menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi tingkat keberhasilan untuk hamil.

Tak hanya itu, usia juga bisa berpengaruh terhadap tingkat keselamatan ibu hamil dan janin.

Baca Juga: Soal Teman Wanita, Rizky Febian Sering Terlibat Persaingan Sengit dengan Sule

Lantas, sebenarnya berapa usia ideal wanita untuk hamil?

Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, dokter spesialis kandungan dan kebiadanan, dr. Dian Indah Purnama, Sp.OG, dalam bukunya 100+ Hal Penting yang Wajib Diketahui Bumil (2014), menyampaikan hal tersebut.

Usia optimal seorang wanita untuk hamil adalah 20-35 tahun.

Dia menyebut rentang usia itu dengan istilah “lampu hijau”.

Sedangkan, kehamilan pada rentang usia 35-40 tahun adalah “lampu kuning” alias sebaiknya tidak hamil lagi.

Hal itu dikarenakan, risiko-risiko kehamilan yang akan dihadapi wanita saat hamil pada usia tersebut bisa meningkat berkali-kali lipat dibanding saat hamil pada usia 20-35 tahun.

Baca Juga: Dikenal Sayang Keluarga, Raffi Ahmad Justru Buat Kesal Nagita Slavina Hingga Ancam Minggat dari Rumah Bersama Rafathar : Kita Pergi

Risiko hamil di atas 40 tahun

Wanita dengan usia 40 tahun ke atas cenderung mulai memiliki banyak masalah kesehatan, seperti hipertensi (darah tinggi) dan diabetes mellitus (gula darah tinggi).

Oleh karena itu, kehamilan pada usia 40 tahun ke atas tak dianjurkan karena sering kali disertai komplikasi serius.

Berikut ini beragam komplikasi yang patut diwaspadai ketika hamil pada usia 40 tahun ke atas:

· Hipertensi hingga preeklamsia

· Diabetes

· Gangguan pertumbuhan janin

· Persalinan prematur

· Plasenta previa atau ari-ari menutup jalan lahir

· Pendarahan pasca persalinan yang dapat berujung pada kematian ibu

Selain itu, kondisi sel telur yang mulai menurun pada usia di atas 40 tahun dapat menyebabkan meningkatnya kejadian janin cacat karena kelainan kromosom seperti sindroma down, keguguran, dan termasuk blighted ovum (hamil kosong atau tidak berkembang).

Baca Juga: Bikin Video Klip Penuh Adegan Seksi dan Binatang Buas, Cardi B Habiskan Biaya Rp 1,5 Miliar Hanya Buat Tes Covid-19!

Risiko hamil kurang dari 20 tahun

Kehamilan pada usia di bawah 20 tahun digolongkan ke dalam kehamilan remaja (teenage pregnancy).

Usia remaja adalah usia di mana masih terjadi pertumbuhan dan perkembangan.

Maka dari itu, jika seorang remaja wanita hamil, maka kebutuhan kalori dan zat gizi lainnya harus lebih besar dari wanita dewasa.

Sementara, rata-rata kehamilan usia remaja dilaporkan mengalami anemia (kurang darah), pertumbuhan janin terhambat, persalinan prematur, preeklamsia, dan angka kematian bayi lebih tinggi.

Preeklamsia disebut juga keracunan kehamilan, suatu penyakit khas kehamilan di mana ibu hamil mengalami kenaikan tekanan darah mendadak (lebih dari sama dengan 140/90 mmHg) pada usia kehamilan di atas 20 minggu yang disertai kebocoran protein di urine.

Baca Juga: Jadi Menantu Kesayangan Hingga Selalu Dikirimi Banyak Makanan oleh Mertua, Perlakuan Sandra Dewi ke Suami Saat di Meja Makan Jadi Sorotan

Penyebab pasti kondisi ini belum diketahui, namun diduga berhubungan dengan gangguan pada saat plasentasi, yakni penempelan ari-ari di awal kehamilan.

Komplikasi paling berat dari preeklamsia adalah eklamsia atau kejang pada kehamilan yang bisa menyebabkan kematian ibu dan atau janin.

Dalam Buku Bukan Lagi Dua Melainkan Satu: Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah (2013) karya Desefentison W. Ngir, Pakar obgyn dari Fakultas Kedokteran (FK) Unversitas Indonesia (UI), Prof. Dr. dr. Biran Affandi, Sp.OG, juga berpendapat wanita yang hamil pada usia di bawah 20 tahun belum siap secara emosional dan mental untuk mempunyai anak.

Begitu pula dengan wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun, karena pada usia tersebut, bibit kesuburan wanita akan menurun.

Akibatnya, ketika wanita ini hamil, kemungkinan timbul kelainan pada janin lebih besar dan dapat menyebabkan keguguran spontan.

(*)