Find Us On Social Media :

Geliat Karsa, Sebuah Kisah Tentang Nasib Para Pembatik di Tengah Pandemi

By Nana Triana, Jumat, 2 Oktober 2020 | 10:25 WIB

Seorang pembatik sedang meniup cucuk canting sebelum menggoreskannya pada kain.

Grid.ID – Di sebuah rumah produksi batik, para pembatik bercengkerama sambil membuat pola, mencanting, hingga mewarnai kain batik karyanya.  

Seketika, rumah produksi batik yang sebelumnya riuh tersebut menjadi sunyi. Area yang sebelumnya penuh oleh para pembatik, duduk sambil menggambar kain, menjadi kosong.

Tidak ada lagi kepulan asap dari tungku dan wajan yang digunakan untuk memanaskan malam—bahan resin yang digunakan untuk menggambar batik. Canting-canting tergolek dan tidak tersentuh oleh tangan-tangan pembatik.  

Gambaran tersebut terekam dalam Geliat Karsa, sebuah video pendek di kanal Youtube IndonesiaKaya, Jumat (2/10/2020).

Baca Juga: Tetap Gelar Teater di Tengah Pandemi, Butet Kartaredjasa: Kegagahan Kita Tidak Ditaklukan Covid-19

Video tersebut diunggah bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional, sebagai gambaran kondisi industri batik di tengah pandemi Covid-19.

Akibat pandemi, peringatan Hari Batik Nasional tahun ini sungguh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kebijakan pembatasan sosial dan physical distancing membuat interaksi antar manusia terbatas. Kegiatan produksi batik yang melibatkan banyak orang, menjadi sulit bergerak. Akibatnya banyak produsen batik yang terpaksa merumahkan para pembatiknya.

Bukan hanya menggambarkan kondisi rumah produksi batik yang kini sepi, video tersebut juga merangkum cerita para pembatik yang harus menghadapi kenyataan pahit dirumahkan sambil masih menanggung beban ekonomi.

Baca Juga: Tonjolkan Inner Beauty Lewat Fotografi, Begini Kisah Tompi

Misalnya saja seperti Murtini dan Tri Munarsih, pembatik yang kehilangan pekerjaan karena pandemi Covid-19 menghantam perekonomian rumah batik tempatnya berkarya.

“Karena virus corona ini saya dan banyak pembatik lain diberhentikan dari tempat kerja,” ujar Murtini.

Berbeda lagi yang dialami Tri Munarsih. Ia harus menanggung beban ekonomi lebih besar di kala tengah dirumahkan.

Ia harus mencari cara untuk menyediakan sarana dan prasarana memadai bagi anaknya yang bersekolah di rumah.

Baca Juga: Teater Tari Citraresmi Sajikan Kebudayaan Sunda, Begini Sosoknya

“Anak saya sekarang sekolah di rumah dan saya kurang mampu untuk membeli paket data. Harga untuk membeli pulsa mahal,” ungkap Tri.

Namun, tak patah semangat mereka mencari cara, memutar otak, dan menggali kreativitas agar dapat menyambung hidup. Salah satunya, membatik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Pada video tersebut Murtini, Tri Munarsih, dan para pembatik lainnya yang terdampak pandemi kemudian menyampaikan harapannya terkait kondisi saat ini.

Tidak muluk-muluk, mereka hanya ingin dunia segera pulih dari pandemi dan dapat membatik bersama teman-temannya lagi.

Baca Juga: Kali Pertama Jadi Narator di Pertunjukan Opera Kontemporer, Christine Hakim: Saya Seperti Merajut

Mendorong kepedulian dan dukungan masyarakat

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan video tersebut dirilis oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sebagai bentuk kepedulian terhadap industri batik Tanah Air.

“Tahun ini menjadi tahun yang penuh tantangan, terutama bagi para pembatik yang harus menyesuaikan diri untuk terus berkarya. Semangat mereka tidak boleh surut di masa pandemi ini,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat.

Bukan hanya refleksi dari situasi industri batik Tanah Air di tengah pandemi yang ingin disampaikan Bakti Budaya Djarum Foundation lewat video itu, tetapi juga dorongan untuk membantu para pembatik.

Renitasari mengatakan berbagai cara yang dilakukan para pembatik lakukan untuk bertahan dapat jadi motivasi bagi setiap orang untuk terus semangat di tengah pandemi. Selain itu, juga menjadi dorongan bagi masyarakat membantu para pembatik dengan membeli produk-produk batik yang mereka hasilkan.

Baca Juga: 10 Tahun Batik Diakui UNESCO Sebagai Warisan Budaya Indonesia, Presiden Jokowi Bersyukur dengan Pertumbuhan dan Pekembangan Batik Tanah Air Saat Ini

“Ini agar ekonomi terus berputar dan bersama-sama kita dapat melalui masa pandemi ini,” ujarnya.

Pandemi ini, lanjutnya, merupakan ujian yang perlu diatasi bersama. Untuk menghentikan laju penyebarannya, diperlukan kedisiplinan dari setiap individu untuk tidak lupa menerapkan protokol kesehatan.

“Tetap jaga kesehatan, jaga jarak, jangan lupa cuci tangan dan selalu menggunakan masker. Semoga pandemi ini segera berlalu dan kita dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala,” tutup Renitasari.

Untuk mengenal lebih dalam kekayaan dan keberagam budaya Indonesia kamu bisa mengikuti akun Insatgram @indonesia_kaya.