Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Kotoran bukanlah bahan tertawaan, hingga malu untuk membahasnya.
Meskipun hal-hal yang berhubungan dengan pembuangan gas atau kotoran cukup awam dibicarakan, namun penting untuk diketahui.
Pasalnya, ini akan memengaruhi kesehatan kita secara langsung.
Dilansir Grid.ID dari laman Vox, para ilmuwan dan dokter yang mempelajari feses telah menemukan bahwa produk sampingan dari bakteri di usus ini memengaruhi kesehatan dengan berbagai cara.
Memperhatikan kotoran juga dapat memberi tahu tentang kondisi bakteri penting ini dan kesehatan kamu secara keseluruhan.
Robynne Chutkan, ahli gastroenterologi di Rumah Sakit Georgetown turut menjelaskan tentang hal ini.
Untuk lebih jelasnya, inilah beberapa fakta tentang kotoran yang jarang sekali orang tahu:
1. Kotoran sebagian besar adalah bakteri, bukan makanan lama
Selama ini dikenal bahwa feses hanya sebagai sisa makanan yang kamu makan.
Pada kenyataannya, 50 hingga 80 persen kotoran (tidak termasuk air) sebenarnya adalah bakteri yang telah hidup di usus dan kemudian dikeluarkan saat makanan melewatinya.
Kotoran juga mengandung sejumlah kecil sel-sel lapisan usus yang terkelupas selama proses pencernaan, termasuk air.
2. Kotoran berwarna coklat karena sel darah merah dan empedu yang mati
Warna kotoran adalah hasil dari bahan kimia yang disebut stercobilin.
Bahan kimia itu berakhir di kotoran dengan dua cara.
Yaitu produk sampingan dari hemoglobin dalam sel darah merah yang rusak.
Kemudian, berasal dari empedu, cairan yang disekresikan ke usus untuk membantu mencerna lemak.
Chutkan mengatakan, pada seseorang dengan sistem pencernaan yang berfungsi secara optimal, "feses yang ideal adalah warna cokelat tua, seperti cokelat leleh".
Warna lain dari kotoran bisa menjadi pertanda kondisi lain.
Tinja berwarna kuning bisa jadi akibat infeksi parasit atau kanker pankreas.
Kotoran hitam atau merah tua bisa menjadi indikasi perdarahan di saluran pencernaan bagian atas atau karena makan bit.
Kotoran yang berwarna hijau juga bisa menjadi tanda adanya infeksi.
Jika kotoran berwarna biru, mungkin itu hanya karena pewarna makanan berwarna biru.
3. Kotoran pria dan wanita berbeda
Karena perbedaan anatomi, saluran pencernaan pria dan wanita bekerja sedikit berbeda.
Perbedaan ini sangat signifikan, sehingga Chutkan mengatakan bahwa dia bisa melakukan kolonoskopi dan menebak jenis kelamin pasien dengan benar tanpa menyadarinya sebelumnya.
Sebagai permulaan, wanita memiliki panggul yang lebih lebar daripada pria, serta ekstra organ dalam (seperti rahim dan ovarium) di wilayah tersebut.
Kemudian, pria memiliki dinding perut lebih kaku yang membantu mendorong makanan melalui saluran dengan lebih efektif.
Semua ini, kata Chutkan, "Membuat jalan keluar lebih sulit bagi wanita".
Makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk melewati pada tubuh wanita, hal ini kerap membuat mereka lebih rentan kembung.
Sebaliknya, pria umumnya jauh lebih teratur.
4. Jagung dapat terlihat di kotoran
Penjelasan untuk fenomena biji-bijian dalam kotoran diamati secara luas dan sederhana.
Bagian luar biji jagung terbuat dari selulosa, serat tanaman yang tidak dapat dicerna.
Ini juga berlaku untuk banyak bagian tanaman lain, seperti batang kangkung.
Akan tetapi warna kuning cerah jagung yang menonjol, membuatnya mudah dikenali.
5. Kotoran bayi paling aneh
Buang air besar pertama pada bayi yang baru lahir disebut mekonium dan jika kamu belum pernah melihatnya, ini sangat aneh.
Ini adalah hasil dari nutrisi yang dikonsumsi oleh bayi di dalam rahim dan berwarna hijau tua.
Kelihatannya sangat berbeda dari kotoran biasa karena jenis-jenis yang dikonsumsi bayi di dalam rahim yaitu cairan ketuban, darah dan sel kulit, serta lendir.
Anehnya, mekonium juga biasanya tidak berbau.
Baca Juga: Wanita ini Ditemukan Tewas Akibat Digerogoti Belatung Hidup-Hidup di Rumahnya
6. Transplantasi kotoran bisa jadi obat
Ini mungkin tampak tak masuk akal, tetapi penelitian semakin banyak memberi tahu kita bahwa cara paling efektif untuk mengobati C. diff atau clostridium difficile, dengan mengambil kotoran orang sehat dan menaruhnya sendiri.
Namun, itu tidak berarti kamu bisa mencobanya di rumah.
Studi terkontrol telah menemukan bahwa transplantasi feses memiliki tingkat keberhasilan sekitar 90 persen, lebih tinggi daripada antibiotik apa pun.
(*)