Find Us On Social Media :

Kondisi Timor Leste Usai Lepas dari Indonesia, Kini Jadikan Tempat Pembuangan Sampah Sebagai Lokasi 'Tur'

By None, Selasa, 3 November 2020 | 12:05 WIB

Kondisi Timor Leste Usai Lepas dari Indonesia, Kini Jadikan Tempat Pembuangan Sampah Sebagai Lokasi 'Tur'

Grid.ID -Lebih dari 20 tahun Timor Leste mendapatkan kebebasannya dan lepas dari Indonesia.

Lalu, bagaimana kondisi Timor Leste usai melepaskan diri dari Indonesia?

Rupanya Timor Leste masih berjuang untuk memajukan negaranya, masalah pun tak luput dari negara ini.

Salah satunya perihal permasalahan sampah.

Baca Juga: Akui Tak Mudah Publikasikan Hubungannya dengan Ririn Ekawati, Ibnu Jamil Singgung Soal Anak: Kita Harus Jaga..

Timor Leste lepas dari Indonesia sebagai hasil referendum 1999 yang menunjukkan mayoritas warga Timor Leste menginginkan kemerdekaan.

Namun, hingga beberapa dekade setelah kemerdekaannya, masih tampak gambaran anak-anak Timor Leste kekurangan gizi.

Disintegrasi hukum dan ketertiban, serta tidak adanya layanan sosial pun masih terjadi.

Salah satunya tampak melalui kondisi sebuah TPA di Timor Leste, yaitu TPA Tibar dekat ibu kota, yang masih memprihatinkan dan tidak banyak berubah.

Baca Juga: Kontroversi Irene Dianggap Dalangi Penghapusan Penampilan Red Velvet dari Ontact Gangnam Festival 2020, Stasiun TV Beri Tanggapan

Melansir Aljazeera (19/11/2017), para pemulung berusia sekitar 8 tahun masih mencari nafkah dalam kondisi tak terbayangkan di TPA Tibar.

Gambaran seperti itulah yang pada tahun 1999, memicu kemarahan publik yang meluas di seluruh dunia dan pengiriman pasukan penjaga perdamaian internasional ke Timor Leste setelah anarki meletus menyusul referendum kemerdekaan negara tersebut untuk meninggalkan Indonesia.

TPA Tibar merupakan tempat pembuangan sampah yang tidak diatur, digunakan untuk sebagian besar sampah di Dili.

Sampah-sampah yang dibuang di sana termasuk asbes mematikan dan limbah rumah sakit yang tidak diolah.

Baca Juga: Ngebet Jadi Orang Kaya, Seorang Dokter Nekat Nyicil Beli Lampu Ajaib Aladdin Seharga Rp 4,8 Miliar, Akhir Kisahnya Justru Bikin Ngelus Dada

Situs seluas tujuh hektar yang terletak di perut lembah yang curam tersebut merupakan bencana lingkungan dan kesehatan masyarakat di Timor Leste.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 100 ton limbah berbahaya diproduksi setiap tahun di Dili dari kegiatan perawatan kesehatan saja.

Karena tidak ada fasilitas pengolahan atau pembuangan terpusat yang tersedia untuk limbah semacam itu, limbah rumah sakit cukup sering dibuang bersama limbah kota di Tibar.

Kondisi TPA Tibar begitu memprihatinkan.

Baca Juga: Satu Stasiun Televisi Terbesar Korea Pangkas Penampilan Red Velvet di Konser Terbaru Mereka, Netizen Berspekulasi Gegara Kontroversi Irene

Hal pertama yang menarik perhatian pengunjung ke TPA Tibar adalah asap hitam tajam yang dikeluarkan oleh api yang dibuat oleh pemulung untuk melelehkan plastik dari barang-barang seperti mesin cuci dan kursi yang kemudian dapat dijual sebagai besi tua.

Seperti itulah yang dirasakan oleh seorang turis dari Australia, Chris Kaley.

“Asapnya benar-benar mengejutkan saya. Ini nyata - tumpukan membara 24/7, ”kata Chris Kaley, yang mengunjungi tempat pembuangan sampah bersama Bruce Logan, salah satu pemilik Australia dari Beachside Hotel di Dili.

Sementara Logan mengaku rutin pergi ke TPA tersebut, bukan hanya untuk membuang sampah tapi juga memberikan tamunya sebuah 'tur'.

Baca Juga: Tanpa Perawatan Mahal, Inilah Cara Memutihkan Gigi Kuning dengan Alami, Bisa Dicoba Sekarang Juga!

“Saya datang ke sini sekali atau dua kali seminggu untuk membuang sampah.

"Saya juga membawa tamu kami yang tertarik untuk melihat bagaimana separuh lainnya hidup, ”kata Logan.

Bahkan, Logan memiliki sebutan khusus untuk tur yang diadakannya ke TPA terebut.

“Saya menyebutnya 'tur berhenti-mengomel' karena datang ke sini memberi Anda gambaran nyata tentang hal-hal sepele yang dikeluhkan orang di Australia," katanya.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Bentuk Tanda Tangan Bisa Mencerminkan Kepribadian Seseorang, Miring Berarti Calon Orang Sukses!

Dengan kondisi berbahaya itu, para pemulung tetap datang ke sana demi mencari nafkah.

Saat Chris Kaley dan Bruce Logan mengunjungi TPA tersebut, ada pula setidaknya 20 pemulung yang sedang bekerja, menurut Aljazeera.

Diantaranya para pemulung itu adalah Domingos, pria berusia 61 tahun yang bekerja di TPA selama enam bulan.

“Yang berharga adalah botol dan kaleng,” katanya.

Baca Juga: Berhasil Melarikan Diri dari Tindak Pelecehan Seksual, Remaja di Batam Lolos dengan Tubuh Bersimbah Darah dan Luka Bekas Cangkul di Badannya!

“Jika saya mengumpulkan banyak kaleng, saya bisa menjualnya seharga $ 1.”

Bahkan, diantara pemulung itu terdapat anak-anak, termasuk seorang gadis berusia 8 tahun bernama Vanya.

Dia mengaku telah bekerja di sana sepanjang hidupnya.

“Saya suka di sini karena saya bisa bersama orang tua dan teman-teman saya,” katanya.

Vanya mengaku dia bersekolah, tetapi ketika ditanya mengapa dia tidak pergi sekolah saat itu, dia tidak menjawab.

Baca Juga: Dulu Hampir Dijual Seharga Rp 32 Miliar, Muzdalifah Kini Ubah Rumah Mewahnya Jadi Restoran, Intip Potret saat Istri Fadel Islami Temui Pembeli

Sementara itu, Bio, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, penuh dengan kotoran, juga mengatakan dia belajar “di sore hari”.

Mengutip Aljazeera, pada saat itu, sebuah kaleng aerosol yang tersembunyi di tumpukan terbakar di belakang kedua anak itu meledak.Ledakan kaleng aerosol mengeluarkan suara gemuruh yang menusuk telinga.

Saat tim reporter tersentak ketakutan, Bio dan Vanya justru hanya tersenyum.

(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Tempat Pembuangan Sampah di Timor Leste, Dulu Jadi Alasan Merdeka, Kini Jadi Lokasi Tur