Find Us On Social Media :

Pandemi Covid-19 Belum Usai, WHO Peringatkan Adanya Virus Marburg yang Lebih Berbahaya, Kenali Gejalanya Sekarang!

By Ragillita Desyaningrum, Senin, 16 Agustus 2021 | 15:00 WIB

Waspada Virus Marburg, WHO menyebutkan bahwa risiko kematian karena virus ini cukup tinggi yaitu sekitar 88 persen.

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum

Grid.ID – Sudah satu tahun lebih sejak Covid-19 ditemukan dan menjadi pandemi global.

Walau kini dunia masih belum terbebas dari Covid-19, WHO kini memperingatkan adanya virus bernama Virus Marburg.

Tak kalah dengan virus SARS-CoV-2, virus Marburg bahkan disebut lebih berbahaya dan mematikan daripada Covid-19.

Melansir Kompas.com, risiko kematian yang disebabkan oleh virus ini adalah 88 persen.

WHO menyebutkan bahwa virus ini berasal dari family yang sama dengan virus Ebola yang juga berbahaya.

Adapun penularan virus Marburg ke manusia bisa terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni koloni kelalawar Rousettus.

Virus Marburg dapat menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi dan dengan permukaan atau bahan.

 Baca Juga: Infeksi Jamur Hitam Mucormycosis Menghantui Pasien Covid-19 di India, Bagaimana Gejala dan Pencegahannya?

Mengingat akan bahayanya, penting untuk kita mengetahui gejala-gejala dari virus Marburg ini.

Seperti yang dikutip dari Kontan.co.id, WHO menyebutkan bahwa masa inkubasi virus ini adalah 2 sampai 21 hari.

Adapun gejala virus Marburg ini bisa muncul secara tiba-tiba, di antaranya seperti demam tinggi, sakit kepala parah, dan malaise parah.

Selain itu, gejala lainnya yang muncul adalah nyeri, nyeri otot, diare parah yang bisa bertahan hingga seminggu, sakit perut dan kram, serta mual dan muntah yang biasanya terjadi di hari ketiga.

WHO mengungkapkan bahwa pasien yang terinfeksi virus Marburg ini seringkali digambarkan seperti “hantu”.

Hal ini dikarenakan pasein virus Marburg cenderung memiliki mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan yang ekstrem.

Sebagai informasi, virus ini pernah mewabah di Eropa pada tahun 1967 dan pasien-pasiennya juga memiliki gejala ruam yang tidak gatal.

 Baca Juga: Satu Kasus Mutasi Virus Corona E484K Ditemukan di Jakarta, Lebih Cepat Menular dan Diduga Dapat Memengaruhi Vaksin

Banyak pasien juga yang mengalami pendarahan di beberapa area yang parah antara 5 dan 7 hari setelah timbul gejala.

Darah segar bisa saja ada pada muntahan, feses, hidung, gusi, vagina, hingga pendarahan spontan di tempat tusukan vena.

Pada fase sakit yang parah, pasien akan mengalami demam tinggi dan mempengaruhi sistem saraf pusatnya.

Akibatnya, pasien bisa merasa kebingungan, mudah marah, dan agresi.

Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbul gejala dan sebelumnya kehilangan darah yang parah. (*)