Find Us On Social Media :

Imbas dari Lockdown, Harga Mi Instan di Shanghai Nyaris Tembus Rp 1 Juta Per Kardus

By Rizqy Rhama Zuniar, Selasa, 19 April 2022 | 16:29 WIB

Potret para pekerja membongkar kardus persediaan di Shanghai saat lockdown

Laporan Wartawan Grid.ID, Rizqy Rhama Zuniar

Grid.ID - Imbas dari perkembangan lockdown di Kota Shanghai, China, masyarakat mengalami krisis makanan.

Akibatnya, harga kebutuhan pokok di Kota Shanghai pun naik drastis.

Melansir dari Kompas.com, seorang warga bernama Frank Tsai, yang tinggal di apartemennya di Puxi, bagian barat Shanghai bahkan mengaku telah menimbun makanan.

Frank Tsai mengaku telah menimbun makanan selama 4 hari seperti yang awalnya diperintahkan oleh pihak berwenang.

Namun, tujuh hari kemudian persediaan makanannya semakin menipis.

"Saya memikirkan makanan saya dan asupan makanan saya lebih dari yang pernah saya miliki dalam hidup," kata Tsai yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Selasa (19/4/2022).

Alhasil, sejumlah penduduk terpaksa melakukan barter atau membayar lebih untuk membeli makanan selama lockdown di Shanghai berlangsung.

Saking persediannya yang semakin menipis, harga mi instan di Kota Shanghai bahkan hampir tembus Rp 1 juta per kardus.

Baca Juga: Terungkap! Nekat Gorok Leher 3 Anak Kandungnya Sendiri, Kondisi Kanti Utami Diungkap Oleh Dokter, Terkuak Pelaku Ternyata Pernah Alami Hal Mengerikan Ini saat Kecil

Mengutip dari TribunJabar.id, seorang penduduk bermarga Ma mengatakan, dia membayar 400 yuan atau sekitar Rp 900.000 hanya untuk sekardus mi instan dan soda.

Meski telah membeli sekardus mi instan dan soda, namun penduduk Kota Shanghai ini mengaku tak tahu apakah persediaannya itu cukup.

"Saya hanya mencobanya untuk persediaan," kata Ma yang dikutip Grid.ID dari TribunJabar.id, Selasa (19/4/2022).

"Saya tidak yakin berapa lama ini akan berlanjut," imbuhnya.

Sebagai informasi, sebagian besar dari 25 juta penduduk Shanghai berada di bawah perintah ketat yang mengharuskan mereka tetap tinggal di rumah

Imbas dari aturan tersebut, penduduk pun marah karena kekurangan stok makanan dan takut dinyatakan positif Covid-19.

Sebab, jika mereka dinyatakan positif Covid-19, maka penduduk akan ditempatkan di pusat karantina raksasa.

Dahsyatnya wabah Covid-19 di Shanghai menjadikan kota tersebut menjadi sunyi.

Penduduk hanya mendengar suara robot anjing dan drone yang menyiarkan perintah untuk tes Covid-19 dan tetap berada di dalam rumah.

Baca Juga: Menangis Meraung hingga Bersujud Mohon Ampun, Wanita Ini Kepergok Selingkuh Saat Ditinggal sang Suami Salat Tarawih di Masjid, Netizen: Jangan Kasih Maaf!

Setiap beberapa hari sekali, penduduk bahkan mengantre untuk tes swab yang dilakukan oleh pekerja berpakaian hazmat yang melakukan pengujian di dalam kompleks perumahan.

Otoritas Shanghai juga telah berusaha menyediakan tempat tidur yang cukup di rumah sakit darurat untuk orang-orang yang positif Covid-19.

Pemerintah mengatakan, 130.000 tempat tidur baru sudah siap atau sedang dibangun sebagai bagian dari karantina massal.

Sayangnya, kebijakan tersebut dianggap tidak efektif oleh banyak orang karena tingkat infeksinya yang sangat cepat.

(*)