Find Us On Social Media :

Jangan Mau Tertipu Hoaks! Ini 5 Fakta Hepatitis Akut Misterius yang Geger Menyerang Anak-anak di Dunia, Tak Ada Kaitannya dengan Covid-19

By Devi Agustiana, Senin, 16 Mei 2022 | 16:31 WIB

Ini lima fata hepatitis akut misterius yang heboh menyerang anak-anak di dunia.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.IDHepatitis akut misterius menjadi masalah baru yang ditakuti banyak masyarakat.

Setelah pertama kali terkonfirmasi di Inggris Raya, para orangtua juga kini dibikin geger dengan kemunculan hepatitis akut misterius yang mulai merebak di Indonesia.

Bahkan, kecemasan semakin bertambah usai tujuh anak di Jakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, dan Jawa Timur meninggal dunia diduga terjangkit penyakit misterius ini.

Berdasar update data terakhir pada Jumat (13/5/2022), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mencatat total 18 kasus dugaan hepatitis akut misterius di sejumlah daerah.

Melansir laman Mirror via Tribunnews.com, gejala paling umum pada anak-anak ketika dilarikan ke rumah sakit akibat hepatitis, seperti:

- Sakit kuning (71%)

- Muntah (63%)

- Kotoran pucat (50%)

Baca Juga: Hoaks! Hepatitis Akut yang Heboh Menyerang Anak-anak Bukan Gegara Vaksin Covid-19, Ahli Bongkar Faktanya

- Diare (45%)

- Mual (31%)

- Sakit perut (42%)

- Lesu (50%)

- Demam (31%)

- Masalah pernapasan (19%).

Anak-anak dengan hepatitis sebelumnya terinfeksi adenovirus tipe 41, yang menyebabkan masalah perut.

Namun sebelum hepatitis, jenis adenovirus 41 ini juga dapat menyebabkan sakit perut, muntah, mual, dan diare.

Agar orangtua bisa menjaga kesehatan dan keselamatan anak-anaknya, berikut lima fakta yang wajib diketahui tentang hepatitis akus misterius.

Baca Juga: Bayi Kesha Ratuliu Hingga Audi Marissa Positif Covid-19, Orangtua Milenial Yuk Perhatikan Lagi Cara Mencegah Bayi Baru Lahir dari Virus Corona

Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, berikut penjelasannya:

1. Wabah global

Karena penyebarannya yang cepat, maka status Kejadian Luar Biasa (KLB) langsung ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 15 April.

Berdasar data WHO, kini sudah ada 20 negara yang mendapati kasus hepatitis akut misterius di wilayahnya.

2. Penyebab pasti belum diketahui

Sudah menelan banyak nyawa, tapi hepatitis akut misterius belum ditemukan penyebabnya.

Hal itu diungkapkan oleh Kemenkes atau CDC.

"Kami tidak tahu dan sedang menyelidiki peran faktor apa yang berperan dalam penyakit ini, seperti paparan racun atau infeksi lain yang mungkin dimiliki anak-anak," kata CDC.

Akan tetapi, CDC sempat mendapati temuan bahwa mereka yang menderita penyakit itu memiliki adenovirus tipe 41, sejenis virus yang menyebabkan penyakit perut parah pada anak.

Baca Juga: Tiga Pasien Anak Hepatitis Akut di Indonesia Meninggal Dunia, Orang Tua Harus Waspada dan Perhatikan Gejala Ini!

3. Vaksin hepatitis tidak bisa menangkal

Vaksin hepatitis yang sudah ada tidak mampu melawan penyakit ini.

"Kasus hepatitis ini tidak ada yang (tercakup oleh vaksin), jadi ini benar-benar membingungkan pejabat kesehatan masyarakat pada saat ini," kata Kepala Koresponden Medis ABC News, Jennifer Ashton.

Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis yang dimasukkan program imunisasi dasar hanyalah vaksin hepatitis B.

4. Tidak ada hubungannya dengan Covid-19

Ternyata banyak pejabat kesehatan tidak percaya penyakit yang menjangkiti anak ini terkait dengan Covid-19 atau vaksin Covid-19.

"Saya baru saja berbicara dengan direktur CDC, Rochelle Walensky, pagi ini, ia ingin saya menekankan bahwa sebagian besar kasus ini terjadi pada anak-anak berusia 2-5 tahun,” kata Ashton.

“Anak-anak ini, seperti yang kita semua tahu, tidak memenuhi syarat untuk vaksin Covid-19, jadi ini tidak ada hubungannya dengan vaksin,” lanjutnya.

5. Penanganan tepat dan cepat

Baca Juga: ‘Gampang Sakit Gini, Akunya Takut’, Alice Norin Pusing Tujuh Keliling Gegara Anaknya Minta Es Krim Melulu Padahal Lagi Musim Hujan, Ini Catatan Penting Sebelum Memberi Es Krim pada si Kecil

Orangtua harus langsung membawa anak ke RS jika muncul gejala hepatitis akut misterius.

CDC telah menyarankan orangtua untuk mewaspadai beberapa gejala pada anaknya.

Misalnya demam, kelelahan, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi, penyakit kuning atau menguningnya bagian putih mata atau kulit, serta perubahan dalam warna urin atau feses.

Adapun protokol kesehatan yang harus tetap anak lakukan adalah sering mencuci tangan, menghindari orang sakit, menutupi batuk dan bersin, dan menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut.

(*)