Find Us On Social Media :

Kurang Gerak, Aktivitas Fisik Anak-anak di Indonesia Masih Tergolong Rendah Berdasarkan Penelitian SEANUTS II

By Hana Futari, Selasa, 21 Juni 2022 | 20:57 WIB

Hasil studi SEANUTS II.

Laporan Wartawan Grid.ID, Hana Futari

Grid.ID - Anak-anak di Indonesia khususnya wilayah Pulau Jawa dan Sumatera terdeteksi memiliki aktivitas fisik yang tergolong rendah.

Hasil tersebut didapatkan dari penelitian South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II) yang mengambil sampel anak-anak di Pulau Sumatera dan Jawa.

Hasil tersebut dipaparkan oleh salah satu peneliti SEANUTS II, dokter spesialis olahraga, Dr.dr Listya Tresnanti Mirtha, Sp. KO, K-APK.

"Dengan mengetahui aktivitas fisik dapat diketahui pemenuhan nya. Anak usia 7-9 tahun ternyata masih dalam tingkatan rendah sampai rendah sedang," ujar Dr.dr Listya dalam acara Media Launch SEANUTS II di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2022).

"Walaupun anak Indonesia usia sekolah itu aktif ternyata belum memenuhi pemenuhan jumlah aktivitas fisik, masih kurang," lanjutnya.

Senada dengan anak usia 7-9 tahun, hasil penelitian dari anak yang berusia lebih besar pun menunjukkan kategori yang sama.

"Untuk yang usia lebih besar (9-12 tahun) sama yaitu kategori rendah sampai rendah sedang," lanjutnya.

Sementara itu, nilai rekomendasi untuk tingkat aktivitas fisik anak-anak berada di kategori sedang.

Dalam penelitian tersebut, anak-anak dibagi menjadi dua kategori usia yaitu 7-9 tahun dan 10-12 tahun.

Baca Juga: Jangan Maruk! Sering Konsumsi Es Buah dan Kolak Saat Buka Puasa Ramadan 2022 Ternyata Bisa Timbulkan Bahaya untuk Kesehatan, Simak Penjelasan Penting Ini dari Ahli Gizi

Anak-anak tersebut ditanya mengenai aktivitas fisik yang paling sering mereka lakukan.

"Jadi 3 aktivitas fisik pertama terbanyak untuk perempuan dan laki-laki di usia 7-9 tahun sama yaitu kejar-kejaran, lari, bersepeda," terang dokter Listya.

Berbeda untuk anak dengan usia yang lebih besar yaitu 10-12 tahun.

Di masa ini, jenis aktivitas fisik yang mereka lakukan dipengaruhi dengan jenis kelamin.

"Di sini (10-12 tahun) sudah sedikit berbeda. Untuk dua terbanyak sama antara laki-laki dan perempuan tapi selainnya sudah khas disukai berdasarkan laki-laki dan perempuan," tutup dokter Listya.

SEANUTS II sendiri merupakan penelitian yang fokus pada nutrisi, gizi, pertumbuhan dan kebugaran anak.

Dilakukan dalam rentang waktu 2019-2021, sampel dari penelitian ini adalah anak-anak di 21 kabupaten dan 15 provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera.

Penelitian ini diselenggarakan oleh PT FrieslandCampina dan bekerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian di Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Thailand.

Andrew F Saputro, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia membeberkan tujuan dari dilaksanakannya SEANUT II.

Baca Juga: Jangan Maruk! Sering Konsumsi Es Buah dan Kolak Saat Buka Puasa Ramadan 2022 Ternyata Bisa Timbulkan Bahaya untuk Kesehatan, Simak Penjelasan Penting Ini dari Ahli Gizi

"Pada akhirnya kami berharap hasil dari studi ini bisa menjadi data komplementer karena kita tahu di Indonesia sudah ada beberapa studi-studi serupa yg ingin memprofiling soal kesehatan dan gizi," kata Andrew F Saputro.

"SEANUTS ini kita berharap para stakeholder bisa menjadi kan sebagai data juga diharapkan segala kepentingan bisa meneruskan fungsi regulasi atau program-program intervensi gizi yang lebih kena dan tepat sasaran dan ujungnya bagaimana nanti kita bisa meningkatkan status gizi dan kesehatan anak-anak di Indonesia," lanjutnya.

Selain Indonesia, sampel dari penelitian SEANUTS II juga mencakup anak-anak dari Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Baca Juga: Biar Ibadah di Bulan Ramadan 2022 Tetap Lancar Meski Sedang Mengandung, Ikuti Tips Puasa untuk Ibu Hamil Agar Kebutuhan Nutrisi Tetap Terpenuhi

 

(*)