Find Us On Social Media :

Harganya Setengah Juta Sekilo, Buah Sawah yang Kini Mejeng di Mal Besar Ini Ternyata Miliki Kasiat yang Tak Main-main, Bisa Jadi Obat Bisul hingga Mampu Menurunkan Kolesterol!

By None, Senin, 8 Agustus 2022 | 06:20 WIB

Buah Ciplukan

Grid.ID - Dulu jadi buah sawah tapi kini mejeng di mal besar, apa khasiat buah ciplukan?

Buah ciplukan dipercaya memiliki banyak manfaat, tak heran bila harganya jadi melambung tinggi.

Harga buah ciplukan disebut mencapai setengah juta sekilo, inilah manfaat buah sawah yang sudah langka ditemui itu.

Buah ceplukan atau ciplukan dianggap ecek-ecek alias tak bermanfaat. Maklum, tanaman ini dianggap tanaman liar. Belakangan, ceplukan mulai diburu. Bahkan, harganya selangit.

Misal, di Brunei sebiji ceplukan bisa mencapai Rp 10 ribu. Sementara di mal di kota besar di Jakarta sekilonya sekitar Rp 500 ribu.

Di Indonesia ceplukan ini bisa dijumpai di banyak daerah. Tanaman ini tumbuh liar di lahan kosong, pekarangan rumah, atau tempat lain yang tanahnya tidak becek, baik di dataran rendah maupun tinggi.

Di Bali dikenal dengan ciciplukan, sedangkan di Madura dikenal dengan nyor-nyoran. Lain lagi di Jawa Barat (cecenetan), di Jawa Tengah (ceplukan), dan masih banyak lagi nama daerah lainnya.

Terna semusim yang tingginya hanya 10-80 cm ini bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika tropika.

Ia didatangkan oleh orang Spanyol pada zaman penjajahan abad XVII, ketika orang VOC masih merajalela bersaing dengan orang Spanyol dan Portugis menjajah bangsa kita.

Baca Juga: Dijual Seharga Rp 500 Ribu per Kg, Buah Ciplukan yang Dulu Liar Terbukti Punya Segudang Khasiat, Mulai dari Penetral Racun hingga Pereda Sakit Tenggorokan

Diduga yang berkenalan pertama kali dengan tanaman bawaan ini ialah orang Maluku (yang menyebutnya daun boba), dan Minahasa (yang menyebutnya leietokan), karena merekalah yang pertama kali dilanda penjajah Spanyol dari Filipina.

Dari Maluku, ada yang kemudian mengenalkannya ke Jakarta (sebagai cecenet), Jepara (sebagai ceplukan), Bali (keceplokan), dan Lombok (dededes).