Find Us On Social Media :

Pengakuan Pilot yang Tak Menyesal Sudah Jatuhkan Bom Atom di Jepang dan Tewaskan 140 Ribu Orang, Ini Alasannya!

By None, Kamis, 10 November 2022 | 12:58 WIB

Lokasi jatuhnya bom atom di kota Hiroshima, Jepang.

Grid.ID - Hiroshima dan Nagasaki menjadi dua wilayah Jepang yang mendapat serangan bom atom dalam Perang Dunia II.

Pilot bernama Jenderal Paul Warfield Tibbets adalah orng yang bertugas menjatuhkan bom di dua wilayah Jepang.

Akibat serangan bom atom tersebut, 140 ribu penduduk Jepang tewas.

Melansir TribunStyle.com, Brigadir Jenderal Paul Warfield Tibbets adalah bagian dari kru yang terbang di atas Hiroshima selama Perang Dunia II.

Ia bertugas menjatuhkan bom atom seberat 5 ton yang dijuluki sebagai Little Boy.

Pesawat perang Enola Gay bertanggung jawab atas jatuhnya bom pertama.

Bom berjuluk Little Boy itu dijatuhkan dari atas kota Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945.

Meski tindakannya menyebabkan 140 orang terbunuh, ternyata Jenderal Tibbets tidak pernah menyesali perbuatannya.

Ia menyatakan bahwa perannya dalam perang adalah untuk mengakhiri pembunuhan selama Perang Dunia II secepat mungkin.

Baca Juga: Kisah Kazuko Higa, Wanita Satu-satunya yang Tinggal Bersama 31 Pria di Pulau Terpencil dan Justru Berakhir Tragis Gegara Hal Ini

Paul Tibbets pensiun dari Angkatan Udara Amerika Serikat pada 31 Agustus 1966.

Ia tak pernah menyesalkan pengeboman Hiroshima.

Tibbets bahkan mengatakan bahwa bila terjadi keadaan yang sama, ia akan mengulanginya.

Bicara soal aksinya dalam penugasan itu, Tibbets mengingat jatuhnya hulu ledak nuklir di Jepang dengan mengatakan ia dapat tidur nyenyak setiap malam' setelah bom nuklir pertama di dunia dijatuhkan.

Dalam sebuah wawancara pada tahun 1975, Tibbets berkata, "Saya bangga bahwa saya dapat memulai dengan cuma-cuma, merencanakannya, dan membuatnya bekerja dengan sempurna sebagaimana mestinya... Saya tidur nyenyak setiap malam."

Menindaklanjuti komentarnya tentang kengerian bom atom, Tibbets memberikan wawancara kedua di mana dia berbicara tentang gejolak 'emosional' yang ditimbulkannya.

Jenderal mengatakan bahwa dia tahu itu adalah pembunuhan masal, tetapi dia ingin memastikan perang selesai secepat mungkin.

"Saya tahu ketika saya mendapat tugas bahwa itu akan menjadi hal yang emosional.

Kami memiliki perasaan, tetapi kami harus meletakkannya itu di belakang. Kami tahu itu akan membunuh orang kanan dan kiri.

Baca Juga: Menyamar Jadi Gembong Narkoba, Bocah 14 Tahun ini Berhasil Ungkap Korupsi Terbesar dalam Sejarah, Kisahnya Berakhir Pilu!

Tapi satu-satunya minat saya adalah melakukan pekerjaan terbaik yang saya bisa sehingga kami bisa mengakhiri pembunuhan secepat mungkin," tutur Paul Warfield Tibbets dalam wawancara pada tahun 2005, dikutip dari Daily Star.

Jenderal Tibbets secara blak-blakan pada peringatan Enola Gay, menyebutnya sebagai 'penghinaan besar' bagi Museum Smithsonian untuk memasukkan konteks penderitaan yang disebabkan oleh pemboman itu.

Menurut buku Richard Rhodes, The Making of the Atomic Bomb, Tibbets dikatakan "jarang memikirkan apa yang mungkin terjadi' dalam penerbangannya, dan demikian pula dengan jatuhnya Bom Kecil.

Paul Warfield Tibbets meninggal dunia pada 1 November 2007.

Setelah kematiannya, mayatnya dikremasi dan dimakamkan di tanah tak bernisan.

Hal itu sesuai dengan keinginannya, di mana kuburannya takkan pernah bisa menjadi tempat peziarahan bagi penentang penggunaan senjata nuklir.

(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)

Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul Sosok Pilot yang Menjatuhkan Bom Atom di Jepang, Tak Menyesal Bunuh 140.000 Orang: Aku Tidur Nyenyak

(*)