Find Us On Social Media :

Dialami Oleh Kakak Roy Marten Sebelum Meninggal Dunia, Inilah Penyebab Sleep Paralysis, Penyakit Medis yang Berisiko Sebabkan Depresi hingga Bipolar

By None, Sabtu, 19 November 2022 | 07:00 WIB

Mengenal penyebab sleep paralysis, penyakit medis yang diidap Rudy Salam sebelum berpulang.

Grid.ID - Rudy Salam, artis senior sekaligus kakak Roy Marten meninggal dunia, pada Jumat (18/11/2022) pukul 06.04 WIB di RS Harum.

Menurut keterangan Marina Gardena, istri Rudy Salam, kakak Roy Marten itu sempat mengidap depresi hingga sleep paralysis.

Lantas apakah penyebab sleep paralysis, penyakit yang diidap Rudy Salam sebelum berpulang?

Sleep paralysis atau kelumpuhan tidur merupakan kondisi yang terjadi ketika Anda memasuki tahap transisi dari terjaga ke tidur.

Kondisi ini yang mungkin menyebabkan Anda tidak dapat bergerak, berbicara, merasa tekanan, atau tersedak selama beberapa detik hingga menit.

Di Indonesia, kondisi ini sering kali disebut sebagai ketindihan yang diidetikkan dengan fenomena mistis atau klenik.

Meskipun bukan kondisi berbahaya, kelumpuhan tidur dapat mengganggu kualitas hidup Anda akibat gangguan tidur kronis.

Gejala

Kelumpuhan tidur bukanlah keadaan darurat medis.

Namun, mengenali gejalanya dapat memberikan ketenangan pikiran untuk Anda.

Pada dasarnya, karakteristik umum dari kelumpuhan tidur adalah ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara selama beberapa waktu.

Baca Juga: 7 Tahun Dipendam Rapat, Kondisi Rudy Salam Sebelum Meninggal Dunia Terungkap dari Penuturan sang Istri, Ipar Roy Marten: Beliau Depresi dan Sleep Paralysis

Melansir Healthline, Anda mungkin juga mengalami gejala kelumpuhan tidur sebagai berikut:

- Merasa seolah-olah ada sesuatu yang mendorong Anda ke bawah

- Merasa seperti seseorang atau sesuatu ada di dalam ruangan bersama Anda

- Merasa takut dan cemas

- Pengalaman Hypnagogic and Hypnopompic (HHEs) yang digambarkan sebagai halusinasi selama, sebelum, atau setelah tidur

- Merasa seolah-olah kamu akan mati.

Saat mengalami gejala di atas, kemungkinan juga akan disertai dengan gejala lainnya seperti:

- Kesulitan bernapas

- Berkeringat

- Nyeri otot

- Sakit kepala

- Paranoid.

Kondisi ini dapat berakhir dengan sendirinya atau ketika terbangun karena orang lain menyentuh atau menggerakkan tubuh Anda.

Penyebab

Kelumpuhan tidur umumnya disebabkan oleh terputusnya hubungan antara pikiran dengan tubuh yang terjadi saat tidur.

Oleh karena itu, Anak-anak dan orang dewasa dari segala usia dapat mengalami kelumpuhan tidur.

Melansir Healthline, berikut faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan kelumpuhan tidur, meliputi:

- Kebersihan tidur yang buruk

- Tidak memiliki jadwal tidur di waktu yang sama setiap harinya

- Menderita gangguan tidur

- Memiliki jadwal tidur yang terganggu.

Baca Juga: Jenazah Rudy Salam Dimakamkan Besok di Salatiga

Faktor risiko

Tidur telentang maupun kurang tidur dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami kelumpuhan tidur.

Selain itu, melansir WebMD, terdapat kelompok tertentu yang berisiko lebih tinggi mengalami kelumpuhan tidur daripada yang lain seperti:

- Gangguan kecemasan

- Depresi

- Kondisi mental seperti stres atau gangguan bipolar

- Masalah tidur lainnya seperti narkolepsi atau insomnia

- Penggunaan obat-obatan tertentu.

Diagnosis

Segera periksakan diri Anda dengan dokter jika memiliki salah satu dari masalah berikut:

Merasa cemas tentang gejala Anda Gejala membuat Anda sangat lelah di siang hari Gejala membuat Anda terjaga di malam hari.

Berdasarkan WebMD, diagnosis kelumpuhan tidur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Diskusi mengenai gejala yang Anda rasakan selama beberapa waktu

- Diskusi mengenai riwayat kesehatan

- Melakukan evaluasi lebih lanjut oleh dokter spesialis tidur

- Melakukan studi tidur malam atau studi tidur siang untuk memastikan Anda tidak memiliki gangguan tidur lainnya.

Perawatan

Pada dasarnya, tidak selalu kondisi ini memerlukan pengobatan medis.

Namun, dokter akan memberikan jenis perawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi yang mendasari terjadinya kelumpuhan tidur.

Menurut WebMD, perawatan kelumpuhan tidur mungkin termasuk:

- Memperbaiki kebiasaan tidur dengan memastikan Anda tidur enam hingga delapan jam setiap malam

- Resep obat antidepresan untuk membantu mengatur siklus tidur

- Resep obat untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang dapat menyebabkan kelumpuhan tidur

- Resep obat untuk mengatasi gangguan tidur lainnya, seperti narkolepsi atau insomnia.

Baca Juga: Rudy Salam Meninggal Saat Perjalanan ke Rumah Sakit

Pencegahan

Dilansir dari Healthline, Anda dapat meminimalkan gejala atau frekuensi kelumpuhan tidur dengan beberapa perubahan gaya hidup sederhana, seperti:

- Kurangi dan kelola stres Berolahraga secara teratur

- Istirahat yang cukup Pertahankan jadwal tidur yang teratur

- Ketahui efek samping dan interaksi berbagai obat yang Anda gunakan

- Tidur miring dan hindari tidur telentang

- Melakukan terapi, konseling trauma, yoga, atau latihan pernapasan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kelumpuhan Tidur (Sleep Paralysis) (*)