Find Us On Social Media :

Bedah Buku Hitam Putih Ganjar, Baca Dulu Rekam Jejaknya Sebelum Memilih Calon Pemimpin

By Grid., Jumat, 15 September 2023 | 11:18 WIB

Bedah Buku Hitam Putih Ganjar di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

Grid.ID - Memilih seorang pemimpin harus didasari banyak hal, mulai dari rekam jejak hingga gagasan yang ditawarkan bagi kemakmuran bangsa Indonesia ke depan.

Namun, untuk sampai ke sana, perlu dilihat pula sejauh mana calon pemimpin itu terbukti pernah menghadapi berbagai ujian dan tantangan yang pernah dialami bangsa.

Hal ini penting karena tantangan ke depan tidaklah mudah.

Seperti pada buku setebal lebih dari 370 halaman berjudul Hitam Putih Ganjar, diulas seluk-beluk dan rekam jejak Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah.

Buku dengan sampul berwarna hitam dan putih, dengan wajah Ganjar tampak samping, itu dibahas dalam acara Bedah Buku Hitam Putih Ganjar di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

Buku itu diulas oleh sejarawan Asvi Warman Adam, mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Agung Firman Sampurna, dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, pengamat politik Fachry Ali, ahli ideologi nasional Sudhamek AWS, dan psikolog Hanna Rahmi.

Ganjar yang baru saja mengakhiri jabatannya sebagai Gubernur Jawa Tengah ini merupakan salah satu dari tiga bakal capres yang mencuat ke publik.

Sebagai bakal capres, Ganjar didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Perindo, dan Partai Hanura.

Dua bakal capres lainnya adalah Anies Rasyid Baswedan dan Prabowo Subianto. Anies, mantan Gubernur DKI Jakarta, didukung Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Adapun Prabowo yang sampai saat ini menjabat Menteri Pertahanan didukung oleh Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang, dan Partai Gelora.

Baca Juga: Masya Allah Bukti Akurnya Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto, Putri Presiden RI ke-2 Maju Caleg 2024 dari Partai Gerindra

Rekam jejak kepemimpinan Anies ataupun Prabowo juga pernah dibukukan.

Dalam acara bedah buku itu, Asvi Warman Adam mengatakan pentingnya rekam jejak seorang calon pemimpin dibuka ke publik agar publik juga bisa mendapat informasi yang utuh sebelum menjatuhkan pilihannya.

Dengan dibuka ke publik, publik bisa mengetahui riwayat hidup, hasil pekerjaan, dan prestasi dari tokoh itu.

”Kenapa penting (dibuka) rekam jejak pemimpin bangsa, baik calon anggota legislatif, apalagi capres dan cawapres? Tidak lain, sangat sederhana, supaya kita jangan membeli kucing dalam karung,” ujarnya.

Menurut Asvi, prestasi calon pemimpin juga bisa dilihat sejauh mana mereka bisa menghadapi situasi pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.

Ganjar disebut telah mampu menginisiasi beberapa program konkret sehingga rakyatnya tetap bisa bertahan, seperti ”Jogo Tonggo”.

Mampu beradaptasi

Agung Firman Sampurna pun melihat, sosok pemimpin yang berhasil ialah mereka yang bisa bertahan dalam situasi yang luar biasa.

Sosok pemimpin seperti ini yang patut dicari karena ke depan bangsa ini akan menghadapi begitu banyak tantangan, misal segregasi sosial, masalah dalam tata kelola publik, beban fiskal yang cukup besar, serta masalah internasional.

”Nah, untuk itu, kita juga pengin tahu sebenarnya apakah calon-calon pemimpin yang sekarang memiliki rekam jejak yang membuat dia memiliki potensi untuk menghadapi masalah-masalah seperti itu. Rakyat ini perlu lihat dari apa yang sedang dan telah mereka lalukan, seandainya mereka mendapat kepercayaan yang lebih besar,” ucap Firman.

Ketua BPK periode 2019-2022 itu mengungkapkan, perlu melihat juga model kepemimpinan yang dimiliki setiap calon.

Baca Juga: 5 Shio yang Punya Kekuasaan Paling Tinggi, Jadi Sosok Paling Berpengaruh di Manapun!

Salah satu model yang penting ialah resilien atau ketahanan. Artinya, pemimpin itu mampu menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan serta mampu beradaptasi dengan cepat.

Ari Dwipayana membenarkan bahwa bangsa ini sekarang membutuhkan gagasan sebagai sesuatu yang penting untuk diuji di level strategis, bukan sekadar level ideologi.

Gagasan harus dilengkapi dengan gambaran utuh kehidupan pemimpin dari asal-usul sosial, sikap mereka terhadap sesuatu, serta pilihan-pilihan politik yang dibangun.

”Semua itu bisa diuji dalam rentang hidupnya. Jadi, di luar gagasan, integritas calon pemimpin penting diuji, apakah pilihan ideologis dan sikap-sikap politik dijalankan secara konsisten. Kalau lepas dari itu, maka satu faktor yang harus ada di pemimpin adalah integritas, itu lepas. Integritas adalah hal yang penting dimiliki pemimpin,” ungkap Ari.

Saatnya adu gagasan

Ia pun menyayangkan, sebulan menjelang pendaftaran bakal capres-cawapres pada Oktober mendatang, ruang publik masih dipenuhi berbagai narasi manuver koalisi partai politik.

Meski setiap koalisi sudah menentukan bakal calon presidennya, gagasan dan rekam jejak mereka belum terlalu ditonjolkan.

Padahal, itu penting menjadi bekal bagi rakyat dalam memilih calon pemimpin masa depan.

”Saya kira ini saatnya kita kembali ke politik gagasan karena kita habis waktu untuk sekadar dansa-dansa atau bahkan menafsirkan simbol-simbol politik. Politik gagasan itu perlu diturunkan tidak hanya jargonistik, tetapi juga mengenai strategi apa yang sudah mereka lakukan ketika berhadapan dengan situasi-situasi tertentu. Seperti Pak Firman sampaikan, situasi ke depan tidaklah mudah,” kata Ari.

"Rakyat ini perlu lihat dari apa yang se dang dan telah mereka lalukan, seandainya mereka mendapat kepercayaan yang lebih besar." Agung Firman Sampurna

Artikel ini telah tayang di Kompas.id edisi 14 september 2023

 (*)