Find Us On Social Media :

Kepilih Jadi Kades Klaten Termuda, Ini Dia Sabiq Muhammad Pemuda 25 Tahun yang Rela Lepas Beasiswa S2 di Luar Negeri

By Grid., Selasa, 3 Oktober 2023 | 20:50 WIB

Sabiq Muhammad, jadi pak Kades termuda di Klaten usia 25 tahun,

Grid.ID - Sosok pemuda bernama Sabiq Muhammad mendadak viral.

Ya, hal ini terjadi usai dirinya terpilih menjadi kepala desa (kades) di Klaten.

Padahal ia diketahui masih berusia masih muda yakni 25 tahun.

Dan demi menjalankan tugasnya sebagai kades, Sabiq Muhammad sampai merelakan beasiswa pascasarjana di China Agricultural University.

Sabiq Muhammad pun menjadi kepala desa di Prawatan, Kecamatan Joginalan, Klaten.

Ia dilantik bersama kepala desa lainnya di Pendopo Pemerintah Kabupaten Klaten pada Rabu (27/9/2023).

Bahkan Sabiq berhasil mengalahkan petahan dengan selisih suara yang cukup jauh.

“Sebenarnya, itu di luar prediksi karena Prawatan terkenal dengan 15 calon.

Saya tidak ada persiapan sejak awal,” kata Sabiq ditemui usai pelantikan.

Sabiq baru mendaftar menjadi calon kepala desa di menit-menit terakhir atau sekitar 30 menit sebelum penutupan atas desakan masyarakat dan keluarga.

Padahal ia tak pernah bercita-cita jadi orang nomor satu di Desa Prawatan.

Baca Juga: Makan Duit Dana Desa Buat Judi Sambil Karaoke Bareng 4 Wanita? Kades di Demak Ini Ngaku Kini Sakit, Ketulah?

Rencananya, ia akan akan menjadi master di bidang pertanian karena mendapat beasiswa pascasarjana di China Agricultural University.

Namun ia ikhlas mengubur mimpinya yang mendalam itu.

“Di tanggal 4 September ini, sebenarnya saya harus berangkat ke China.

Saya dapat beasiswa ke China Agricultural University.

Namun, karena desakan masyarakat, saya harus melepas beasiswa itu,” terang dia Rabu (27/9/2023), seperti dikutip Tribun Jatim dari TribunStyle.com

Sabiq pun harus berhadapan dengan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia, yang dia sebut sebagai pemberi beasiswa.

“Ya, saya dapat teguran, tapi memang ini pilihan. Dari tesis saya, itu bisa jadi program pertanian di desa.

Meskipun saya sarjana hukum, tapi sudah punya niat untuk lanjut ke pertanian,” ungkap pemuda kelahiran Maret 1998 ini.

Keputusannya memilih untuk ikut pemilihan kepala desa (pilkades) juga dipertanyakan oleh kedua orang tuanya.

Orang tua Sabiq paham perjuangan sang putra pertama untuk mendapatkan beasiswa.

“Saya sudah persiapan pascasarjana ini sejak Januari 2023.

Baca Juga: Lari Tunggang Langgang Tanpa Sehelai Benang, Kades Ini Kepergok Indehoy Bareng Guru, Auto Kabur ke Sawah-sawah

Akhirnya ditanya mau kuliah apa jadi lurah? Saya mikir, kalau jadi mahasiswa lagi, saya jadi punya tugas untuk mendekati masyarakat," kata dia.

“Kalau saya jadi lurah, tesis saya bisa jadi program pertanian sekalian. Berhasil atau tidak kan bisa dicoba,” jelas Sabiq lagi.

Sejak kecil hingga dewasa, Sabiq belajar dari pesantren ke pesantren.

“Saya santri, sejak kecil selalu di pesantren dan baru dua tahun ini di rumah.

Ibu saya sudah pesan, santri harus berkontribusi untuk masyarakat.

Jadi, ini kesempatan yang baik untuk dekat ke warga,” kata dia.

Sejak dulu, Sabiq berupaya cari celah untuk menjadi bagian dari rakyat.

Saat di rumah, dia menjadi pemimpin tahlilan, selain mendampingi para petani.

Maka, di 100 hari masa kerjanya, Sabiq berupaya untuk merealisasikan sejumlah program termasuk membumikan pupuk organik.

Dia paham, potensi Prawatan adalah pertanian dan memiliki sejumlah problem, termasuk krisis air.

Baca Juga: Pernah Nikah 13 Kali dan Tubuhnya Bertato Kayak Preman, Kades Ini Ternyata Malah Banyak Bantu Warga, Begini Kisahnya

Sumur yang sudah digali pun harus digali lebih dalam untuk mendapatkan air yang bersih.

“Selain membumikan pupuk organik, kami juga membuat peta sungai. Ini ada titik-titik rawan krisis (kekeringan).

Jadi, bagaimana kemudian, kami menjamin hak atas air untuk warga dan petani,” urainya.

Kemenangan Sabiq sebagai Kades Prawatan disebut tanpa politik uang.

“Awalnya ada 15 calon, terus lanjut 5 calon dan yang naik panggung ada 3 calon. Saya dapat suara cukup banyak, ada 1.655 dan tanpa money politic," kata dia.

“Kami tidak mau beli suara per kepala karena itu tidak mendidik dan memupuskan mimpi mereka tentang kesejahteraan,” jelas Sabiq.

Ayah Sabiq, Purwadi Hidayat (58), merasa bangga dengan pencapaian sang putra.

Tapi di sisi lain, dia pun juga merasa bimbang.

Satu minggu setelah pendaftaran pilkades, Purwadi masih bimbang, apakah Sabiq mampu menjadi pemimpin yang baik jika terpilih.

“Satu minggu itu saya bimbang. Karena Sabiq sudah dapat beasiswa kuliah di luar negeri.

Kompetisinya kan luar biasa. Eman-eman kalau dilepas, tapi itu dorongan masyarakat, ya sudah,” bebernya.

Purwadi sudah menyiapkan jadwal untuk anak-anaknya agar bisa sekolah tinggi.

Dia berkomitmen untuk membekali ilmu pendidikan, bahkan hingga jenjang doktoral.

“Ya karena saya sudah siapkan jadwal itu. Jadi saya bimbang, saya sempat belum restui.

Mantap kasih restu itu setelah benar-benar ada desakan masyarakat dan keluarga. Sabiq punya potensi jadi pemimpin,” tutupnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul, SOSOK Pak Kades Termuda di Klaten Usia 25 Tahun, Rela Lepas Beasiswa S2 di China Demi Masyarakat