Find Us On Social Media :

Innalilahi! Beginilah Cara Memilukan Warga Palestina di Gaza untuk Bertahan Hidup

By Grid., Senin, 6 November 2023 | 05:00 WIB

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Aksi Damai Bela Palestina pada hari ini, Minggu (5/11/2023) pagi.

Grid.ID - Dibombadir Israel habis-habisan, cara warga Palestina bertahan hidup sangat memilukan.

Direktur PBB untuk Gaza, Thomas White mengungkapkan betapa menyedihkannya cara warga Palestina bertahan hidup di tengah teror yang dilakukan Israel.

Warga Palestina yang berada di Gaza mengaku khawatir atas hidup mereka.

Akibat bombadir Israel, kini sudah tak ada lagi tempat yang aman.

Tak hanya itu, persediaan makanan dan minuman juga menjadi sangat terbatas.

Badan Pengungsi Palestina yang dikenal sebagai UNRWA, mendukung sekitar 89 toko roti di seluruh Gaza untuk memberikan produknya kepada 1,7 juta orang.

Tapi kata dia, saat ini orang-orang bukan lagi hanya mencari roti, tapi juga air.

"Sekarang orang tidak hanya sekadar mencari roti.

Ia mencari air," ungkap White, dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (4/11/2023).

White menerangkan hampir 600 ribu orang berlindung di 149 fasilitas milik UNRWA.

Sebagian besar merupakan gedung sekolah.

Baca Juga: Hadiri Aksi Damai Bela Palestina, Menlu Retno Marsudi Tulis dan Baca Puisi Pilu Menyentuh Hati

Namun lanjutnya, banyak dari mereka yang menjadi korban di wilayah utara.

Sementara itu Wakil Koordinator Timur Tengah dari PBB, Lynn Hastings menyebut hanya satu dari tiga jalur pasokan air dari Israel yang beroperasi.

Saat ini kata dia, orang-orang bergantung pada air tanah yang payau.

"Banyak orang yang bergantung pada air tanah yang payau atau asin," katanya.

Kamp Jabalia, Pengungsian Terbesar di Gaza Luluh Lantak Dibom Israel, Ratusan Orang Tewas & Terkubur

Kondisi kamp Jabalia, lokasi pengungsian terbesar di Gaza kini memperihatinkan.

Kam Jabalia turut menjadi sasaran serangan udara Israel pada Selasa (31/10/2023).

Tempat pengungsian terbesar di Gaza ini kini luluh lantak usai dibombadir Israel tiga hari berturut-turut.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan terdapat sedikitnya 198 orang tewas dalam tiga pengeboman di Jabalia tiga hari belakangan.

Sekitar 120 orang lain masih dinyatakan hilang, diduga masih tertimbun reruntuhan.

Lantas, seperti apa kondisi Kamp Jabalia sekarang? Mengapa Israel menjadikan tempat pengungsian target serangan?

Baca Juga: Sejumlah Artis Hadiri Aksi Damai Bela Palestina di Monas, Mulai dari Syifa Hadju hingga Atta Halilintar

Tentang Kemp Jabalia

Dikutip dari laman UNRWA PBB, Jabalia merupakan kamp pengungsi terbesar dari delapan pengungsi di Jalur Gaza.

Jabalia terletak di utara Kota Gaza, dekat dengan sebuat wilayah dengan nama yang sama.

Kamp ini juga berlokasi tak jauh dari Rumah Sakit Indonesia.

Setelah Perang 1948, para pengungsi menetap di kamp tersebut. Mereka sebagian besar melarikan diri dari desa-desa di Palestina selatan.

Saat ini, luas kamp tersebut hanya 1,4 kilometer persegi dan dihuni oleh 116.011 pengungsi Palestina yang terdaftar di UNRWA.

Jabalia adalah kamp yang paling dekat dengan perbatasan Erez, terletak antara Jalur Gaza dan Israel.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), lebih dari 21.000 warga Palestina melintasi Erez untuk bekerja di Israel setiap hari sebelum intifada kedua.

Blokade Gaza

Kebijakan baru diterapkan pada awal intifada kedua pada September 2000 dan diperketat setelah Juni 2007, ketika Jalur Gaza dikuasai oleh Hamas.

Berdasarkan kebijakan baru ini, hanya orang-orang dengan kategori tertentu berdasarkan persetujuan Israel yang berhak mendapatkan izin keluar dan harus melalui pemeriksaan keamanan.

Baca Juga: Gereja Tempat Berlindungnya Dibom Israel, Bocah Ini Ditemukan Meninggal Sambil Mendekap Ibunya, Total 3600 Anak Palestina Tewas

Sayangnya, mayoritas warga Palestina di Gaza tidak memenuhi syarat untuk mengajukan izin keluar.

Pada Juni 2023, sebanyak 42.220 orang diizinkan keluar Jalur Gaza, sementara 55.689 orang diizinkan masuk.

Blokade di Gaza ini juga telah membuat hidup para pengungsi di kamp Jabalia semakin sulit.

Tingkat pengangguran meningkat secara dramatis dan semakin sedikit keluarga yang mampu menghidupi dirinya sendiri.

Selama bertahun-tahun, sebagian besar penduduk yang tadinya mampu mencukupi kebutuhan sendiri, kini bergantung pada program bantuan pangan UNRWA.

Kebersihan dasar juga menjadi perhatian besar di kamp tersebut, dengan 90 persen air tidak layak untuk dikonsumsi manusia. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul CARA Warga Palestina di Gaza Bertahan Hidup Memilukan, Makan Cuma 2 Potong Roti