“Penjagaan terhadap ajaran itu yang selain menunjukkan kebenaran ajaran Islam, mustahil ada satu ajaran yang terjaga dengan sempurna dari kitabnya dan tata cara ibadahnya, dari interaksinya, dari mulai diajarkan pertama melintasi zaman dan tantangan yang berbeda, dan masih sama (ajarannya) mustahil ada karya manusia. Itu menunjukkan kebenaran Islam.”
Saking terpeliharanya, menurut ustaz Adi Hidayat, dalam penentuan Ramadan, Idul Fitri atau Idul Adha, tentu sudah ada tata aturannya.
“Termasuk dalam penentuan awal Ramadan dan Idul Fitri atau Idul Adha.”
“Masya Allah kita mendapatkan petunjuknya, mendapatkan ajarannya dari dulu sampai kini.Penjagaan riwayat itulah yang disebut dengan Isnad atau Sanad.”
“Sesuatu yang terverifikasi dari mulai penyampai pertama, yang mencontohkan, yang meneladani kita semua yaitu Rasullallah SAW, sosoknya ada, situsnya masih ada, ajarannya masih ada dan terjaga sampai sekarang.”
“Oleh karena itu, hal-hal yang muncul di luar pakem tadi, itu yang disebut sebagai kreativitas yang tidak dibenarkan atau dalam bahasa agama disebut bid’ah, yang dimunculkan hanya kehendak dan keinginan semata di luar pakem yang sudah ditetapkan.”
“Bila ini tidak diatasi, maka setiap orang bisa berkreasi ini versi saya, ini versi Anda.”
“Saya mendapatkan konektivitas dengan Tuhan, saya sudah telepon Allah, nanti besok-besok ada yang mengatakan saya sudah WA dengan Allah, besok ada yang mengatakan saya chat dengan malaikat, ini jadi problem, inilah pentingnya ada batasa, aturan untuk menunjukkan kebenaran.” Kata ustaz Adi Hidayat.
Namun yang diingatkan ustaz Adi Hidayat, janganlah kita mencela, karena apapun yang terjadi pasti atas seizin Allah agar hati kita semakin tersentuh.
“Kita tidak perlu mencela,” kata ustaz Adi Hidayat.
“Kita dijamin oleh UU, betul Pasal 29 (2), negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaanya itu.”
Baca Juga: Apa Tanda-tanda Puasa Ramadan Kita Berhasil? Ini Dia 2 Tandanya Menurut Ustaz
“Namun dalam konteks beribadah dan menghadirkan kepercayaan tentu aturan negara juga presisi untuk itu ada kementerian agama.”
“Jangan sampai saya mengaku Islam tapi nilai-nilai keislaman tidak dipraktikan. Ketika ada yang mengatakan saya ada seorang Muslim, tapi nabinya bukan nabi Muhammad, ini problem, saya seorang Muslim, tapi cara ibadahnya bukan seperti pakem yang diajarkan dalam Islam, ini problem.”
“Boleh jadi kejadian-kejadian yang muncul di sekitar kita diizinkan oleh Allah untuk menyentuh hati kita.”
“Supaya kembali untuk mendalami agama, kembali mencerahkan umar, menyatukan, tidak sibuk pada hal-hal yang tidak terkait langsung pada nilai keagamaan,” kata ustaz Adi Hidayat. (*)