Find Us On Social Media :

Dua Mahasiswi Unpar Berhasil Taklukan Gunung Everest, Selamat Dari Zona Kematian

By Alfa Pratama, Kamis, 17 Mei 2018 | 11:52 WIB

Dua pendaki perempuan yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Katolik Parahyangan ( Mahitala Unpar), Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24)

Grid.ID - Dua pendaki wanita yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Katolik Parahyangan ( Mahitala Unpar), Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24) akhirnya menuntaskan misi pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua (The Seven Summits) dengan mendaki Gunung Everest via sisi utara yaitu jalur Tibet.

Dua mahasiswi yang tergabung dalam tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU MAHITALA) berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia, Puncak Gunung Everest, yang berada di ketinggian 8.848 mdpl pada hari Kamis (17/5) pukul 05.50 waktu setempat atau pukul 07.05 WIB.

Dikutip dari The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU), Fransisca Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari sebelum mencapai puncak, mereka sudah mencapai Camp II di ketinggian 7.800 meter pada hari Selasa (15/5/2018) sore waktu setempat. 

Baca juga : Pasca Erupsi Vulkanik, Pendakian Gunung Merapi Ditutup Sementara Waktu

Menurut Dian Indah Carolina,  anggota tim humas The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU), kedua pendaki dalam kondisi sehat saat mencapai camp yang berada di bawah tebing tinggi pada punggungan menuju puncak Everest (8.848m).

"Kondisi sekitar Camp II dilanda hujan salju dan angin cukup kencang. Tapi kedua pendaki dalam kondisi fit dan tetap fokus untuk penyerbuan ke puncak dalam dua-tiga hari ini. Mohon doa agar mereka dapat mengibarkan Merah Putih disana sesuai yang direncanakan," tuturnya yang dikutip dari Wartakotalive.

Ketinggian di atas 8.000 mdpl biasa disebut dengan death zone dengan kadar oksigen yang rendah dan menjadi tantangan terberat.

Baca juga : Pergi dan Tak Pernah Kembali, Ini 5 kisah Memilukan Pendaki Everest!

Baca juga : Ulah Pendaki Gunung Jaman Now Nekat Masuk Jalur Pendakian di Gunung Agung, Sampai Bikin Netizen Pada Gagal PahamSelain minimnya oksigen yang hanya 30%, tantangan pendaki adalah harus tidak melebihi waktu 24 jam agar selamat.

Banyak cerita dan fakta menyebutkan bahwa di zona ini, ada sekitar 300 mayat pendaki yang meninggal akibat beberapa faktor seperti pengaturan napas yang kurang baik sehingga tabung oksigen habis hingga hipotermia.Kedua anggota Mahitala Unpar itu berangkat ke Kathmandu, Nepal, Kamis (29/3/2018) malam dari via Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.  

Kedua pendaki yang tergabung dalam tim The Woman of Indonesia Seven Summits Expediton Mahitala Unpar (WISSEMU) itu sebelumnya telah berhasil mendaki enam puncak gunung tertinggi di dunia sejak tahun 2014.  

"Tantangan terberat (pendakian Gunung Everest itu adalah ketinggiannya. Jauh dari yang kami lewati. Strategi pendakian 7 puncak ini sudah kami atur sedemikian rupa, karena kita gak punya medan latihannya di Indonesia. Gunung yang kami daki adalah itu untuk latihan gunung selanjutnya. Everest adalah gunung terakhir," kata Fransiska seusai acara #DengarYangMuda di Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (29/3).

Tim WISSEMU yang mendapat dukungan dari Bank BRI, PT Multikarya Asia Pasifik Raya (MKAPR), dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) sudah sebulan lebih berada di Tiongkok. (*)

Baca juga : Wajib Bangga, Dua Wanita Indonesia Kibarkan Merah Putih di Puncak Tertinggi Benua Antartika, Ini Kisah Pendakian Ekstrimnya