Find Us On Social Media :

Gadis Berusia 16 Tahun Meninggal Karena Toxic Shock Syndrome, Diduga Akibat Pemakaian Tampon, Betul Nggak sih?

By Pradipta Rismarini, Jumat, 29 Juni 2018 | 13:59 WIB

Gadis Berusia 16 Tahun Meninggal Karena Toxic Shock Syndrome, Diduga Akibat Pemakaian Tampon, Betul Nggak sih?

Laporan Wartawan Grid.ID, Pradipta R

Grid.IDTampon adalah salah satu pilihan yang bisa digunakan saat menstruasi.

Benda satu ini fungsinya sama dengan pembalut, namun penggunaannya berbeda.

Jika pembalut digunakan pada celana dalam, maka tampon digunakan pada bagian saluran miss v.

Tapi ada hal yang perlu diwaspadai dari penggunaan tampon.

(BACA JUGA: Marion Jola Ucap Syukur Video Klipnya Sudah Ditonton 4 Juta Kali!)

Dilansir Grid.ID dari laman Health, Sara Manitoski, seorang gadis berusia 16 tahun di British Columbia ditemukan meninggal karena Toxic Shock Syndrome.

Ia ditemukan meninggal dalam perjalanan sekolah pada Maret 2017 di sekat Pulau Vancouver.

Penyebab pastinya belum diketahui, namun kuat dugaan berasal dari tampon yang ia gunakan.

Setelah satu tahun berlalu, hasil dari pemeriksaan mayatnya telah menunjukkan titik terang.

(BACA JUGA: Banyak yang Nggak Tahu, Ternyata Biji Pepaya Bermanfaat Untuk Rambut, Penasaran?)

Ia mengalami kondisi yang telah disebutkan sebelumnya yang disebut Toxic Shock Syndrome.

Hal ini diperkuat dengan temuan strain Staphylococcus aureus yang ditemukan dalam tampon yang ia gunakan.

Sindrom ini sangat langka, pada tahun 2016 hanya ada 40 kasus di Amerika Serikat namun sekitar setengahnya tidak memiliki hubungan dengan wanita yang sedang menstruasi.

(BACA JUGA: Lagi, Putri Keluarga Kekaisaran Jepang Rela Lepas Status Bangsawan Demi Menikah dengan Rakyat Biasa)

Hal ini membuktikan bahwa sindrom ini bukan hanya terjadi karena penggunaan tampon.

Toxic Shock Syndrome terjadi ketika ada perkembangan racun di dalam tubuh, yang artinya sebelumnya telah ada toxic yang bersarang dalam tubuh kita.

Wanita memang lebih mudah untuk terserang sindrom ini karena paparan tampon atau penggunaan alat kontrasepsi, seperti kondom.

Hal ini diperkuat pula dengan antibodi setiap orang yang berbeda dan cenderung lemah.

(BACA JUGA: Bak Putri Kerajaan Inggris, Angelina Jolie Tampil Anggun Elegan dengan Midi Dress dan Headpieces)

Bukan berarti penggunaan tampon dilarang, untuk mencegah terjadinya sindrom ini, gantilah tampon setiap dua hingga tiga jam sekali. (*)