Find Us On Social Media :

Sibuk Selamatkan Tim Sepakbola Remaja Thailand di Dalam Gua, Dokter Richard Harris Tak Tau Ayahnya Meninggal Dunia

By Dewi Lusmawati, Rabu, 11 Juli 2018 | 13:02 WIB

Tim sepak bola remaja Thailand yang terjebak di dalam gua dan Dokter Richard Harris

Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID- Setelah melewati serangkaian penyelamatan dramatis, akhirnya seluruh anggota tim sepakbola yang terperangkap dalam gua di Thailand akhirnya berhasil diselamatkan.

Dikutip dari Instisari, kepastian itu disampaikan oleh Angkatan Laut Thailand via akun Facebook resmi mereka.

“12 anggota tim sepakbola ‘Wild Boars’ dan pelatihnya sudah dikeluarkan dari gua dan mereka selamat,” begitu pernyataan Angkatan Laut Thailand, Selasa (10/7/2018).

Menurut keterangan BBC, delapan anak yang diselamatkan pada Minggu dan Senin berada di rumah sakit tapi belum disebutkan namanya dan sedang dikarantina.

Kabar berhasil diselamatkannya 12 bocah dan seorang pelatih tentu menjadi berita bahagia bagi Thailand dan seluruh penduduk dunia yang peduli dengan kisah ini.

Bocah-bocah itu—berusia 11-16 tahun—menjelajah di kompleks gua Tham Luang bersama pelatih sepakbola berusia 25 tahun setelah sesi latihan pada 23 Juni.

BACA JUGA: Tim Sepakbola Remaja Thailand Berhasil Dievakuasi dari Gua, Pandji Pragiwaksono Tulis 'Ditunggu Filmnya'

Waktu itu kondisi gua masih kering dan mereka masuk begitu saja.

Tapi tiba-tiba banjir datang, menjebak mereka, dan memaksa mereka untuk mundur lebih jauh ke tempat yang lebih tinggi.

Berita hilangnya mereka memicu operasi pencarian besar-besaran yang melibatkan lebih dari seribu orang, dengan beberapa penyelam gua dari seluruh dunia.

Pada 2 Juli, sembilan hari kemudian, penyelam Inggris berhasil menemukan keberadaan mereka yang sedang kelaparan dan kedinginan.

Kegembiraan pun meledak di seluruh Thailand.

Kegembiraan berubah menjadi keprihatinan serius setelah ada peringatan bahwa bocah-bocah itu harus menunggu hingga empat bulan lamanya agar banjir surut sebelum mereka bisa diselamatkan.

BACA JUGA: Kemunculan Pesawat Boeing 747 di Tengah Ladang Buat Penduduk Desa di Thailand Bingung

Beberapa penyelam pun dikirim untuk menyuplai makanan dan persediaan lainnya, dan seorang dokter Angkatan Laut dikirim untuk merawat bocah-bocah malang itu.

Pada 6 Juli, mantan penyelam Angkatan Laut Thailand Saman Gunan meninggal setelah kehilangan kesadaran di kompleks gua, setelah ia mengirim tangki oksigen.

Kematiannya mengisyaratkan ada bahaya dalam proses penyelamatan anak-anak itu.

Kemudian pada hari Minggu, pemerintah Thailand memutuskan mereka harus bertindak, karena kekhwatiran banjir akan semakin memburuk seiring hujan yang semakin deras.

Dan melalui operasi yang luar biasa, dalam tiga kali perjalanan, bocah-bocah itu dipandu oleh penyelam ahli, menavigasi lorong-lorong bawah air yang sempit dan berbahaya serta titik-titik rumit sehingga tabung oksigen harus dikeluarkan dari punggung mereka.

Empat anak berhasil dibawa keluar pada Minggu, empat lagi pada Senin, dan empat sisanya dan pelatih pada Selasa.

BACA JUGA: Terjebak di Goa, 2 Remaja Thailand Diduga Alami Paru-paru Basah

Kesuksesan proses evakuasi tim sepakbola remaja dan pelatihnya ini menjadi sorotan seluruh dunia.

Beragam cerita unik dan menyentuh bermunculan dibalik proses evakuasi.

Bahkan salah satunya dari Dokter Richard Harris.

Dikutip Grid.ID dari Abc.net.au, Richar Harris adalah seorang dokter Australia yang merupakan orang terakhir yang keluar dari gua Thailand setelah menyelamatkan tim sepakbola remaja.

Ia mendapati kabar duka kepergian ayahnya setelah melakukan misi penyelamatan.

Dr Richard Harris menolak berbicara kepada media.

BACA JUGA: Kisah Pelatih Tim Sepakbola Remaja Thailand: Mantan Biksu yang Ajarkan Meditasi untuk Bertahan Hidup di Goa

Tetapi bosnya Dr Andrew Pearce mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Harry, sapaan akrab Richard Harris.

"Ini jelas merupakan kesedihan bagi keluarga Harris, diperbesar oleh tuntutan fisik dan emosional menjadi bagian dari operasi penyelamatan yang sangat kompleks dan sukses pada minggu ini," kata Pearce.

"Dia akan segera pulang dan mengambil waktu dengan baik untuk bersama keluarganya. Dia telah meminta agar privasi keluarga dihormati saat ini."

Richard Harris yang merupakan pakar anestesi dari Adelaide Australia awalnya bermaksud untuk berlibur ke Thailand.

Tapi ia lalu mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk terjun ke gua Chiang Rai untuk memeriksa secara medis 12 anak laki-laki dan pelatih mereka yang terperangkap di dalam gua.

Saat 12 anak dan pelatih mereka berhasil keluar dari gua, Dr Harris dan tiga anggota angkatan laut Thailand masih berada di dalam gua.

BACA JUGA: Demi Lestarikan Populasi Gajah, Thailand Gelar Miss Jumbo Setiap Tahunnya

Mereka berhasil keluar dari dalam gua beberapa jam kemudian.

Dr Harris adalah bagian dari tim 20 warga Australia yang terlibat dalam upaya penyelamatan yang dipimpin pemerintah Thailand.

Dr Harris menanggapi panggilan permintaan bantuan dari otoritas Thailand ketika dia ditunjuk secara khusus oleh tim penyelam Inggris yang memimpin misi sebagai orang terbaik untuk pekerjaan itu.

Dengan keterampilan medisnya dan pengalaman menyelam selama 30 tahun, Harris dipercaya untuk membantu.

"Semua tim di SA Ambulance Service sangat bangga dengan Dr Harris. Ini adalah minggu yang penuh gejolak dengan level tertinggi dan terendah," kata Pearce.

"Kami senang Harry dan anggota tim sepakbola remaja Thailand aman dan dia bisa memainkan peran yang luar biasa seperti itu dalam respon Australia.

BACA JUGA: Nasib Malang Tim Sepak Bola Remaja Thailand, Terjebak 9 Hari di Gua yang Dipenuhi Air dan Lumpur

Harry adalah pria pendiam dan baik yang tidak berpikir dua kali tentang menawarkan dukungannya pada misi ini," lanjutnya.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan butuh upaya tim yang luar biasa untuk menyelamatkan anak-anak dari dalam gua.

Julie mengatakan Dr Harris memainkan peran kunci penyelamatan.

"Peran Dr Harris telah sangat luar biasa dan saya berharap bahwa kami akan dapat berterima kasih kepada semua tim penyelamat kami ketika mereka kembali ke Australia," ujar Julie Bishop.(*)