Find Us On Social Media :

Penumpang Pesawat Alami Pendarahan di Kuping Saat Mendarat Darurat, ini Penyebabnya

By None, Selasa, 17 Juli 2018 | 17:48 WIB

Ilustrasi

Meski berhasil mendarat darurat, perbedaan tekanan udara tersebut (baik perlahan ataupun tiba-tiba) bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.

Kebocoran tekanan udara yang lambat bisa menyebabkan beberapa gejala hipoksia seperti mual dan sakit kepala.

Sedangkan untuk darah yang keluar dari telinga, ada penjelasan yang lebih kompleks.

Seperti Chris Brennan-Jones, audiolog pediatrik, menjelaskan untuk The Conversation, ruang telinga bagian tengah sebagian besar kedap udara dan dilindungi oleh gendang telinga.

Namun, udara bisa masuk dan keluar dari telinga melalui saluran yang menghubungkan telinga ke bagian belakang tenggorokan, yang disebut tabung Eustachian.

"Anda memiliki sejumlah kecil udara yang disegel di ruang telinga bagian tengah. Dan kemudian ada sisa udara di luar, di atmosfer," kata Brennan-Jones dikutip dari Science Alert, Senin (16/07/2018).

(Baca Juga :Menyentuh, Aksi Seekor Anjing Mendorong Kursi Roda Majikannya)

"Biasanya tekanan udara di dalam telinga tengah dan di atmosfer sangat mirip, atau setidaknya tidak cukup berbeda untuk menyebabkan Anda kesulitan," imbuhnya.

"Ketika Anda meningkatkan ketinggian, tekanan udara di atmosfer menurun, membuat udara 'lebih tipis', sementara tekanan udara di telinga tengah relatif tidak berubah," tutur Brennan-Jones lagi.

Artinya, malfungsi pada sistem tekanan udara pesawat tersebut memberi tekanan pada gendang telinga.

Ini membuat orang sulit mendengar dan menyebabkan ketidaknyamanan di telinga.  Gendang Telinga Pecah Ketika orang mengalami penurunan atau peningkatan tekanan udara yang sangat cepat, ini juga bisa menyebabkan gendang telinga pecah.

Atau, hal tersebut menyebabkan sesuatu yang disebut telinga barotrauma. Gejalanya adalah sakit telinga, dan keluarnya cairan dari telinga (dapat berupa darah atau cairan bening), dan potensi mual serta vertigo.