Find Us On Social Media :

Pasukan Antiteror Indonesia Dibentuk dari Ilmu Gado-Gado di Dunia

By None, Senin, 23 Juli 2018 | 09:11 WIB

Pasukan Antiteror

Grid.ID - Awal mula pasukan antiteror Indonesia tak leas dari peran Letjen TNI Sintong Panjaitan yang mana pada 1971 masih berpangkat Kapten Senior.

Sintong tergabung dalam kesatuan Grup 4/Sandiyuha RPKAD (Kopassus) dan menjabat sebagai Kasi 2/Operasi yang bertugas merencanakan operasi dan latihan pasukan pada tahun itu.

Dalam menjalankan tugas yang kerap melacarkan misi senyap, mereka juga harus memiliki kemampuan khusus antiteror.

(Baca Juga :Dibilang Mirip Ibu Menteri, Intip OOTD Prilly Latuconsina Saat Pakai Baju Kantoran!)

Misalnya, kemampuan membebaskan diplomat yang sedang disandera di gedung, membebaskan sandera di kapal, di bus, di pesawat yang sedang dibajak, dan lainnya.

Demi membentuk pasukan antiteror yang profesional Sintong yang oleh Mabes ABRI (TNI) ditempatkan di Gabungan 1/Intelijen Hankam kemudian diberi kesempatan untuk mengunjungi sejumlah satuan antiteror kelas dunia seperti SAS Inggris, Korps Commando Troopen (KCT) Belanda, dan Grenzchutzgruppe 9 (GSG-9) Jerman.

Tapi di antara satuan-satuan antiteror kelas dunia itu yang mengesankan Sintong adalah GSG-9 Jerman karena telah memiliki banyak prestasi.

Pasukan antiteror Kopassus yang kemudian dibentuk secara ilmu dan kemampuan merupakan kombinasi atau ilmu gado-gado dari pasukan antiteror SAS, KCT, dan GSG-9.

Namun ilmu antiteror yang paling banyak diserap oleh pasukan antiteror Kopassus adalah yang diambil dari GSG-9 Jerman.

(Baca Juga :Lihat yuk Penampilan Modis Beby Tsabina Saat Hadiri We The Fest 2018!)

Untuk memperdalam ilmu antiteror dari GSG-9, Komando Pasukan Sandiyudha (Kopassandha/Kopassus) pada tahun 1980-an kemudian mengirimkan dua perwira remajanya untuk berlatih di GSG-9, yakni Mayor Luhut Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto.

Pasukan antiteror Kopassus yang kemudian berhasil dibentuk pada Maret 1981 mulai dilibatkan dalam Latihan Gabungan (Latgab) ABRI yang berlangsung di Maluku.

Pada bulan yang sama terjadi pembajakan pesawat penumpang Garuda DC-9 Woyla yang selanjutnya terpaksa mendarat di Bandara Internasional Dong Muang, Bangkok Thailand.