Find Us On Social Media :

Sindrom Bau Ikan, Penyakit Genetika yang Banyak Pengaruhi Wanita, Kamu Salah Satunya Bukan?

By Pradipta Rismarini, Kamis, 30 Agustus 2018 | 13:08 WIB

Sindrom Bau Ikan, Penyakit Genetika yang Banyak Pengaruhi Wanita, Kamu Salah Satunya Bukan?

Laporan wartawan Grid.ID, Pradipta Rismarini

Grid.ID – Bau badan yang menyengat seringkali membuat keprcayaan diri seseorang menurun.

Ada beberapa spesifikasi bau yang ternyata telah dikategorikan sebagai suatu sindrom.

Salah satunya disebut dengan sindrom bau ikan atau dikenal juga dengan trimethylaminuria syndrome.

BACA JUGA : Mengintip Gaya Rossa Saat Datang ke Museum yang Mirip Anak Millennials Kekinian, Awet Muda ya?

Sindrom ini termasuk dalam penyakit genetika yang langka.

Seperti namanya, seseorang yang mengalami kondisi ini memiliki nafas, keringat dan bahkan urin yang berbau seperti ikan busuk.

Gejala-gejala genetik ini sebetulnya bisa dideteksi setelah kelahiran dan menurut temuan, sindrom ini lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria.

Apa sebab dari sindrom ini?

BACA JUGA : Usai Pembuktian Saksi, Nina Tamam dan Erikar Lebang Resmi Bercerai

Seperti yang tertera dalam laman Boldsky, sindrom ini adalah sebuah gangguan metabolisme yang disebabkan karena mutase gen FMO3.

Gen ini menginstruksikan tubuh untuk mensekresikan enzim yang memecah senyawa yang mengandung nitrogen, seperti trimethylamine (TMA).

Senyawa ini memiliki sifat mudah terbakar, transparan dan berbau amis.

Kelebihan senyawa organik ini secara berlebihan dalam tubuh yang sebabkan penyakit genetic langka ini.

BACA JUGA : Tanggapan Billy Syahputra Soal Hilda Vitria Menghapus Foto-Fotonya dari Instagram

Kondisi ini juga semakin buruk ketika dipengaruhi oleh fluktuasi hormon tubuh.

Contohnya ketika sebelum dan selama siklus menstruasi, menopause dan ketika mengonsumsi pil kontrasepsi.

Meski tidak berbahaya atau mematikan, sindrom ini sangat berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.

Bau tidak sedap yang menyengat akan membuat seseorang dijauhi dari lingkungannya.

Dengan begitu ia tidak akan memiliki lingkup sosial yang bagus, bahkan bisa sebabkan depresi. (*)