Find Us On Social Media :

7 Negara Berkembang Beresiko Kena Krisis Nilai Tukar Mata Uang, di mana Posisi Indonesia?

By Seto Ajinugroho, Senin, 10 September 2018 | 19:35 WIB

Nilai tukar mata uang

Grid.ID - Mengamuknya dolar AS membuat mata uang negara-negara di dunia ambruk.

Hal ini karena dolar AS merupakan mata uang internasional yang semua mata uang negara-negara di dunia berpatokan padanya.

Setiap transaksi luar negeri maka akan menggunakan dolar AS.

Dikutip dari Kompas.com, Senin (10/9) sebanyak tujuh negara berkembang masuk dalam daftar yang beresiko terkana krisis nilai tukar mata uang.

Baca Juga : Sosok di Balik Kasus Cicak Vs Buaya, Anggodo Widjojo, Meninggal Dunia

Menurut analisis Nomura Holdings Inc, tujuh negara itu adalah Sri Lanka, Afrika Selatan, Argentina, Pakistan, Mesir, Turki, dan Ukraina.

Lima dari tujuh negara tersebut sekarang sudah dalam posisi krisis nilai tukar mata uang.

Ujung-ujungnya kelima negara tersebut harus berpartisipasi dalam program yang dibuat oleh Dana Moneter Internasional (IMF).

Hanya Pakistan dan Argentina saja yang masih berada di bibir jurang krisis nilai tukar mata uang.

Baca Juga : Kisah Mercedes McCambridge yang Harus Telan Telur Mentah, Minum Wiski dan Merokok Agar Hasilkan Suara Mirip Setan di Film The Exorcist

Pada saat bersamaan dirilis juga daftar 8 negara berkembang yang memiliki resiko krisis nilai tukar mata uang paling kecil.

Negara-negara tersebut antara lain Indonesia, Brasil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand, menurut sejumlah analis.

Boleh dikata Rupiah aman dari krisis nilai tukar mata uang.

"Sejalan dengan fokus investor terhadap risiko negara berkembang, penting pula untuk tidak menempatkan seluruh negara berkembang sebagai kelompok homogen. Ada pula daftar negara-negara dengan risiko krisis yang sangat rendah," tulis Nomura dalam analisisnya.

Baca Juga : Kronologi Lengkap Bus Masuk Jurang di Cikidang, Sukabumi yang Tewaskan 21 Orang

Nomura mengeluarkan daftar-daftar tersebut dengan adanya penelitian mendalam terlebuh dahulu.

Mereka menggunakan model Democles yang digunakan untuk mengidentifikasi krisis nilai tukar di 30 negara berkembang.

Model tersebut memeriksa sejumlah faktor, termasuk cadangan devisa, tingkat utang, suku bunga, dan impor.

Damocles memprediksi dua pertiga dari 54 krisis nilai tukar di negara berkembang sejak tahun 1996 hingga 12 bulan ke depan.

Indonesia harus tetap waspada

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang tembus Rp 15 ribu tetaplah harus diwaspadai oleh Indonesia.

Hal itu diungkapkan oleh presiden Joko Widodo yang menyikapi pelemahan Rupiah belakangan ini.

"Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati," ujar Jokowi.

Pemerintah juga sudah menyiapkan rencana agar rupiah bisa menguat kembali ke level normal.

Oleh sebab itu Jokowi sudah mengumpulkan menteri-menteri terkait untuk koordinasi di sektor fiskal, moneter industri dan para pelaku usaha.

"Saya kira koordinasi yang kuat ini menjadi kunci, sehingga jalannya itu segaris semuanya," ujar Jokowi.(*)