Find Us On Social Media :

Anies Baswedan Perkenalkan Jak Lingko yang Sarat Akan Makna

By Novita Desy Prasetyowati, Rabu, 10 Oktober 2018 | 12:38 WIB

Anies Baswedan perkenalkan Jak Lingko

Laporan wartawan Grid.ID, Novita D Prasetyowati

Grid.ID - Guburnur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperkenalkan Jak Linko yang sarat akan makna.

Jak Lingko merupakan sebuah mode transportasi yang terintegrasi dalam satu jaringan.

Anies Baswedan menamai sistem tersebut Jak Lingko yang diambil dari bahasa daerah dan kaya makna.

Belum lama ini, Anies Baswedan tampak memperkenalkan mode transportasi yang terintegrasi dalam satu jejaring yang saling berkaitan.

Baca Juga : HUT DKI Jakarta, Anies Baswedan Pamerkan Fasilitas Penunjang di Kawasan Wisata Monas

Inovasi tersebut tampak dibagikan Anies Baswedan dalam sebuah video penjelasan tentang Jak Lingko.

Sebelumnya, Anies Baswedan tampak memperkenalkan terobosan terbaru tersebut pada akun twitter resminya, Anies Baswedan (10/10/2018).

Dalam unggahan tersebut, Anies Baswedan tampak menuliskan keterangan sebagai berikut.

Baca Juga : Yuk Intip Hunian Jonatan Christie di Gang Sempit yang Pernah Dikunjungi Anies Baswedan

"Bayangkan bila kita bisa pergi dari mana saja ke mana saja di Jakarta, menggunakan moda transportasi yang terintegrasi dalam satu jaringan.

Kami menyebutnya Jak Lingko.

Mau tahu makna sesungguhnya dari #JakLingko? Tonton video berikut..," tulisnya.

Kemudian, Grid.ID menelusuri video tersebut dan memperoleh makna sesungguhnya dari Jak Lingko.

Apa itu Jak Lingko?

Jak Lingko merupakan suatu sistem transportasi yang tengah dibangun di Jakarta.

Baca Juga : Cerita Anies Baswedan Saat Kunjungi Rumah Jonatan Christie yang Terletak di Gang Kecil

Sistem transportasi yang dibangun itu adalah sebuah sistem yang terintegrasi, tersambungkan satu sama lain sebagai sebuah jejaring.

Hal ini bertujuan agar siapa saja yang naik kendaraan umum di satu tempat, dapat menggunakan kendaraan umum itu untuk tersambung dengan kendaraan lain.

Selain itu, sistem transportasi tersebut diharapkan dapat membawa penumpang hingga sampai ketujuannya dari mana saja dan kemana saja.

Selama ini, transportasi yang dapat terintegrasi biasanya sejenis seperti bus trans Jakarta.

Baca Juga : Anies Baswedan Sempat Terjatuh Saat Jajal Moge Baru Dishub DKI Jakarta

Akan tetapi, kini gubernur DKI Jakarta tengah melakukan upaya integritas terhadap berbagai jenis kendaraan.

Jenis kendaraan umum yang rencananya akan dihubungkan tersebut antara lain micro bus, mini bus, medium, bus besar MRT, LRT, hingga kereta (KRL).

Sebuah mode jejaring transportasi tersebut juga telah diuji beberapa bulan ini.

Hasil dari pengujian tersebut sangat positif.

Baca Juga : Anies Baswedan Berikan Pesan kepada Abang None DKI Jakarta 2018

Hal ini terbukti di bidang transportasi Jakarta yang mencatat sejarah baru.

Pasalnya, pada tanggal 8 Oktober 2018, untuk pertama kali 11 operator angkutan kecil bekerja sama dengan angkutan umum yang disiapkan pemprov sebagai satu kesatuan.

Asal Kata Jak Lingko

Tak hanya itu, Anies juga tampak menjelaskan makna pemilihan nama Jak Lingko.

Lingko merupakan sebuah sistem pembagian sawah yang berbentuk jejaring seperti laba-laba di Kabupaten Manggarai, Flores.

Baca Juga : Admin Twitter Anies Baswedan Koreksi Salah Tulis Panjang Trotoar Sudirman-Thamrin 43 Ribu Meter

Anies Baswedan tidak ingin menyerap dari bahasa asing karena ingin mencoba dari bahasa Indonesia yang kaya.

Bahasa Indonesia memiliki kekayaan karena ditopang oleh 700 bahasa daerah.

Selain itu, kata Lingko juga dekat dengan bahasa Inggris, yaitu Link yang bermakna ketersambungan.

Lingko menggambarkan proses pembagian jejaring seperti makna dari mode transportasi di Jakarta.

Baca Juga : Kejutan Musik Berhenti, Anies Baswedan Apresiasi Ramadan Jazz Festival 2018

Oleh karena itu dipilihlah nama Jak Lingko (Jakarta Lingko).

Penggunaan Bahasa Nasional

Anies juga menyarankan untuk mengunakan bahasa Indonesia, seperti dalam penyebutan kata-kata sehari-hari.

Anies tampak mencontohkan untuk menyebut gadget menjadi gawai, era hari ini disebut dengan kiwari yang diserap dari bahasa Sunda.

Tak hanya itu, kata tsunami yang sering digunakan ternyata diambil dari bahasa Jepang, dan bisa diganti dengan kata 'smong' yang merupakan kosa kata serapan dari Bahasa Aceh.

(*)