Find Us On Social Media :

Penelitian Sebut Perempuan Kurang Tertarik Investasi Saham, Kenapa?

By Arintha Widya, Kamis, 17 Juni 2021 | 18:35 WIB

Ilustrasi berinvestasi

Parapuan.co - Penelitian dari Gallup bulan Juni 2020 menyebutkan bahwa perempuan cenderung ragu untuk melakukan investasi saham.

Benarkah sebagian perempuan ragu berinvestasi saham, padahal tak sedikit pula dari mereka bisa meraih sukses dari sana?

Untuk mengetahui benar atau tidaknya perempuan lebih ragu untuk melakukan investasi saham, kamu mesti melihat datanya.

Sebagaimana melansir The Balance, Gallup menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen perempuan di Amerika cenderung tidak memiliki saham.

Walau memiliki saham bukan satu-satunya cara berinvestasi, dari situ terlihat gambaran betapa peran perempuan di bidang ini masih kurang.

Salah satu penyebabnya adalah penghasilan perempuan yang berada di bawah laki-laki meski dalam posisi yang sama untuk profesi serupa.

Baca Juga: Ketahui 5 Penyebab Perubahan Harga Emas, Bikin Investasi Makin Cuan!

Sehingga alih-alih untuk investasi, penghasilan perempuan sudah habis digunakan buat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jika sudah berkeluarga, maka penghasilan tersebut disisihkan untuk memenuhi keperluan rumah tangganya.

Gallup juga mencatat, sekitar 56 persen perempuan yang sudah menikah menyerahkan keputusan keuangan kepada suami.

Jadi kalaupun melakukan investasi, bisa dibilang bukan atas nama dan kemauannya sendiri.

Sementara itu, sebanyak 85 persen perempuan menyerahkan keputusan keuangan kepada suami karena satu alasan.

Mereka menilai, suami lebih mengerti banyak mengenai masalah uang dan pengelolaan keuangan.

Setidaknya, itu adalah hasil penelitian yang dilakukan Gallup di Amerika.

Lain halnya dengan di Indonesia, di mana perempuan banyak yang sadar untuk berinvestasi walau bukan pada saham.

Baca Juga: Ini 3 Tips untuk Menjadikan Investasi Emas Sebagai Dana Darurat

Entah karena tidak mengerti saham atau sebatas tidak tertarik saja, minat investasi perempuan di tanah air memang berbeda dengan di luar negeri.

Perempuan di dalam negeri cenderung berminat melakukan investasi pada hal-hal yang mereka sukai.

Misalnya mereka yang suka berdandan, maka akan berinvestasi di industri kecantikan dengan berjualan kosmetik.

Atau bagi yang menyukai fesyen, biasanya memilih menjadi reseller pakaian dan lain sebagainya.

Persoalannya bisa dibilang bukan pada keraguan untuk berinvestasi saham, tetapi karena lebih memilih investasi pada sesuatu yang diketahui dengan baik.

Apabila melakukan investasi di lahan yang mereka pahami, maka risiko mengalami kerugian juga dapat diminimalkan.

Lantas, bagaimana dengan kamu? Tertarik untuk investasi saham atau ada ide lain? (*)