Find Us On Social Media :

Dari Keberkatan hingga Persatuan, Ini Filosofi 5 Wastra Indonesia

By Ratu Monita, Senin, 16 Agustus 2021 | 14:20 WIB

Filosofi wastra Indonesia

Parapuan.co - Selain kain batik yang keberadaannya ikonik dan sudah diakui dunia, Indnesia punya banyak ragam wastra nusantara lainnya.

Setiap wastra Indonesia memiliki motif, pola, hingga warna yang berbeda dan khas. Tak hanya itu, ada pula masing-masing filosofi wastra Indonesia

Pasalnya, motif dan warna yang tergambar dari setiap Wastra Indonesia memiliki filosofi, makna,  dan cerita mendalamnya tersendiri.

 

Baca Juga: 4 Tips Mengajarkan Keterampilan Mengelola Amarah pada Anak Remaja

Jika Kawan Puan masih asing dengan istilah wastra, kata ini berasal dari Bahasa Sansakerta yang memiliki arti sehelai kain.

Dengan kata lain, wastra nusantara tidak hanya batik, melainkan berbagai kain tradisional Indonesia yang berasal dari sabang sampai merauke. 

 

Dilansir dari laman Wonderful Indonesia, PARAPUAN telah merangkum makna yang terkandung dalam beberapa kain tradisional Indonesia. Yuk, simak!

1. Tenun Sumba

Pulau Sumba memiliki keindahan alam yang begitu luar biasa. Selain keindahan alamnya, Pulau Sumba juga memiliki kain tenun khas Sumba yang masih diproduksi dengan teknik tradisional.

Diketahui, pewarna yang digunakan untuk kain tenun Sumba pun menggunakan ekstrak dari alam, seperti akar mengkudu, serat kayu, dan lumpur. 

Usai diwarnai, kain tersebut diikat menggunakan daun gewang dan lanjut ke proses pengeringan. 

Untuk membuat satu lembar kain tenun Sumba membutuh proses yang panjang, setidaknya harus melewati 42 tahapan dan memakan waktu hingga tiga tahun. 

Tak heran, jika kain tenun Sumba ini begitu istimewa dan memiliki harga yang cukup mahal. 

Baca Juga: Bangga! Medina Zein Bawa Nama Indonesia ke Kancah Fashion Turki

Jika dilihat lebih dekat, terlihat kain tenun ini memiliki motif-motif fauna yang menjadi ciri khas.

Motif-motif fauna ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat Sumba yang meyakini bawah binatang-binatang tertentu layak dijadikan simbol atau nilai kehidupan manusia. 

Sebagai contoh, motif kuda memiliki arti kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan karena kuda adalah simbol harga diri bagi masyarakat Sumba. 

Sementara untuk motif bergambar buaya dan naga bermakna kekuatan dan kekuasaan raja, motif ayam mengartikan kehidupan perempuan, dan motif burung kakatua melambangkan persatuan. 

Bagi masyarakat Sumba, kain ini dianggap begitu sakral dan hanya dipakai saat momen-momen penting, seperti pernikahan, kelahiran, dan ritual penguburan. 

2. Tenun Gringsing Bali

Selain memiliki keindahan alam yang begitu memukau dunia, Bali juga memiliki kain tenun yang begitu indah yakni kain gringsing yang dibuat oleh Desa Tanganan, Bali. 

Kain satu ini begitu unik karena disebut-sebut sebagai satu-satunya kain tenun tradisional yang dibuat dengan teknik ikat ganda. 

Kata gringsing sendiri berasal dari kata "gring" yang berarti sakit dan "sing" berarti tidak, sehingga jika digabungkan bermakna "tidak sakit".

Maka itu, masyarakat Bali meyakini bahwa kain tenun ini memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi mereka dari berbagai macam penyakit. 

Di sisi lain, menurut mitos Bali, kain gringsing ini berasal dari kekaguman Indra (Dewa Petir Bali) akan langit malam yang memesona dan menuangkan apa yang dilihatnya dalam motif tenun pada raya pilihannya (Tanganan).

Baca Juga: Rupanya, Ini Alasan Perayaan Hari Kartini Identik dengan Kebaya

3. Ulos

Kawan Puan tentu sudah tak asing mendengar nama kain tradisional asal Suku Batak Sumatera Utara ini, ya kain ulos.

Ulos sendiri secara harfiah memiliki arti selimut yang menghangatkan badan. 

Cara pembuatan kain ulos ini hampir mirip dengan kain songket khas Palembang yakni menggunakan alat tenun bukan mesin. 

Warna yang menjadi khas dari ulos ini didominasi merah, hitam, dan putih, kemudian dihiasi anyaman benang berwarna emas dan perak. 

Tak hanya satu, ulos memiliki beragam jenis ulos dari Batak Toba, di antaranya ragi hidup, ragih otang, dan sibolang yang biasa digunakan sebagai selendang. 

Jenis ulos lainnya adalah ulos sadum angkola atau ulos godang yang biasanya diberikan pada anak dengan harapan dapat mendatangkan kebahagiaan dan berkat bagi keluarga. 

4. Tenun Ikat Flores

Kain tenun ikat Flores disebut sebagai salah satu wastra Indonesia yang bernilai seni tinggi karena rumitnya proses pembuatan untuk satu lembar kainnya.

Diketahui, dalam pembuatan kain tenun ikat Flores ini setidaknya harus melewati 20 tahapan dan waktu yang panjang. 

Kain tenun ikat ini diproduksi di sejumlah wilayah Flores yakni Maumere, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Lio, dan Lembata. 

Masing-masing daerah tentu saja memiliki motif, corak, dan warna yang berbeda, sehingga begitu merepresentasikan betapa beragamnya suku, adat, agama, dan kehidupan masyarakat Flores. 

Lebih lanjut lagi, ragam motif yang dimiliki ini juga sarat akan makna, misalnya pola belah ketupat yang memiliki arti persatuan antara pemerintah dan masyarakat. 

Baca Juga: Dipamerkan di Paris Fashion Week, Pakaian Ini Terbuat dari Jamur asal Indonesia

5. Kain Tapis

Kain tenun satu ini merupakan kain kebanggaan masyarakat Lampung yang terbuat dari benang kapas serta diberi hiasan sulaman benang emas, perak, atau sutera. 

Mulanya, kain ini dirancang sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan hanya digunakan pada acara adat atau ritual keagamaan. 

Namun, seiring perkembangan zaman, kain tapis dapat digunakan sehari-hari dan banyak dibuat sebagai buah tangan andalan dari Lampung. 

Jika dilihat dari motif, kain ini memiliki motif yang beragam dengan makna yang berbeda-beda. 

Misalnya, motif kapal melambangkan perjalanan hidup manusia karena dianggap sebagai kendaraan yang membawa perjalanan kehidupan manusia mulai dari lahir hingga kematian. 

Penggunaan kain tapis ini juga dapat menggambarkan status sosial seseorang dalam masyarakat adat. (*)