Find Us On Social Media :

Varian Omicron Disebut Lebih Meningkatkan Risiko Infeksi Ulang Covid-19

By Maharani Kusuma Daruwati, Kamis, 30 Desember 2021 | 20:40 WIB

DKI Jakarta dan sejumlah daerah di Indonesia mewaspadai kasus Omicron

Parapuan.co - Munculnya varian baru Covid-19 membuat kita harus semakin waspada.

Selain karena gejalanya yang tampak ringan namun penyebarannya disebut lebih cepat, varian ini juga disebut meningkatkan risiko reinfeksi.

Para ilmuwan di Afrika Selatan mengatakan Omicron setidaknya tiga kali lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang daripada varian virus corona sebelumnya seperti Beta dan Delta, menurut sebuah studi pendahuluan yang diterbitkan sebelumnya.

Seperti diketahui, varian baru virus corona ini ditemukan pertama di Afrika Selatan.

Baca Juga: Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron dan Delta, Apa Saja?

World Health Organization (WHO) menyatakan varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta. 

Mengetahui bahwa Omicron dapat menyebabkan lebih banyak infeksi ulang adalah penting, tulis Pulliam di Twitter. 

Baca Juga: Omicron Masuk Indonesia, Menkes Imbau Liburan Akhir Tahun di Dalam Negeri Saja

Kekebalan yang diperoleh dari infeksi sebelumnya telah menjadi kunci dalam membantu negara-negara seperti Afrika Selatan dan Botswana, yang memiliki tingkat vaksinasi yang relatif rendah, mengelola pandemi.

Varian lain telah diketahui menyebabkan infeksi ulang.

Beberapa pasien yang terinfeksi ulang dengan varian Beta diidentifikasi di Israel awal tahun ini. 

 

Hanya 6 persen dari populasi Afrika yang telah divaksinasi lengkap. 

Di Afrika Selatan, hanya di bawah 30 persen orang telah divaksinasi lengkap, menurut Our World in Data.

Sejalan dengan hal itu, seperti dikutip dari laman resmi covid19.go.id, varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan.

WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan Variant of Concern (VOC) lainnya. 

“Jumlah kasus varian ini tampaknya meningkat di hampir semua wilayah di Afrika Selatan. Diagnostik PCR SARS-CoV-2 saat ini terus mendeteksi varian ini. Beberapa laboratorium telah menunjukkan bahwa untuk satu tes PCR yang banyak digunakan, salah satu dari tiga gen target tidak terdeteksi (disebut dropout gen S atau kegagalan target gen S),” jelas WHO yang dipublikasikann pada Jumat (26/11/2021).

(*)