Find Us On Social Media :

Branding dan Perubahan Manajemen Perlu Jadi Perhatian Bisnis Keluarga

By Content Marketing, Jumat, 29 Maret 2024 | 20:36 WIB

Transformasi Family Business

Parapuan.co – Selain usaha yang dikelola oleh swasta, banyak juga perusahaan yang dikelola secara privat oleh beberapa anggota keluarga.

Perusahaan  yang merupakan bisnis keluarga umumnya memiliki keunikan dan dinamika tersendiri dibandingkan dengan perusahaan swasta pada umumnya. 

Salah satunya, dari segi tantangan bisnis. Bisnis keluarga kerap menghadapi tantangan perubahan zaman.

Teknologi yang berkembang pesat membuat perusahaan keluarga harus mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan tren pasar yang terus berubah.

Selain itu, bisnis keluarga juga dituntut untuk lebih peduli dengan isu Environment (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (kebijakan) atau ESG. 

Hal ini lantaran konsumen dan investor semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, sehingga mereka lebih memilih untuk membeli produk dan berinvestasi di perusahaan yang memiliki komitmen yang jelas terhadap ESG.

Agar tetap relevan dengan kondisi pasar, spesialis branding family business Amelia Sidik mengatakan “bahwa bisnis keluarga perlu melakukan branding yang sejalan dengan konsep keberlanjutan.”

“Rumus untuk mendapatkan kepercayaan konsumen sudah bukan seperti dulu lagi. Kualitas produk dan layanan yang baik saja tidak cukup, tetapi harus ada komitmen terhadap ESG dan kemampuan untuk menyampaikannya dengan konsisten,” kata perempuan yang akrab disapa Lia Sidik tersebut.

 

Dikutip dari riset PWC’s Global Family Business Survey 2023, terdapat tiga langkah yang bisa dilakukan bisnis keluarga untuk memperkuat branding sustainability dan kelangsungan bisnis, yaitu:

  1. Bisnis keluarga perlu mempromosikan aspek ESG untuk membangun kepercayaan konsumen, baik baru maupun lama.Sebagian besar bisnis keluarga yang sudah berdiri puluhan tahun punya banyak konsumen yang sudah percaya pada mereka. Tapi, kepercayaan ini bisa menurun jika perusahaan hanya berorientasi pada aspek finansial dan mengabaikan aspek ESG.
  1. Dengan branding ESG, bisnis keluarga tidak hanya mampu menarik minat investor dan konsumen, tetapi juga tenaga kerja baru, khususnya generasi muda seperti milenial dan Gen-Z. Pencari kerja usia milenial dan Gen Z yang berkualitas kini lebih memiliki kepedulian terhadap aspek ESG perusahaan.
  2. Untuk mempertahankan eksistensi bisnis dan membangun kepercayaan publik, pengambilan keputusan tidak bisa lagi hanya mengandalkan hirarki hubungan keluarga.

Sebaliknya, semua keputusan bisnis wajib dilakukan secara profesional serta melibatkan ahlinya.

Kebijakan penyelesaian konflik dan pengambilan keputusan bisnis wajib diterapkan secara profesional dan melibatkan ahlinya.