Parapuan.co - Bagi yang tidak mengikuti Rachel Vennya sejak lama, mungkin belum tahu sang selebgram pernah mengidap Bipolar.
Ya, diketahui dari vlog yang pernah dibagikan Rachel, dirinya mengaku pernah mengidap Bipolar pada tahun 2014.
Namun hal itu sempat ia tutupi karena tanggapan buruk orang lain.
Akhirnya kemarin, memperingati Hari Bipolar Sedunia, Rachel pun membuka cerita lamanya lagi.
Baca Juga: Pernah Derita Bipolar, Rachel Vennya Bagikan Perjuangan dan Tanda yang Dirasakan
Melansir Instagram Strory @rachelvennya, Senin (30/3/2021), Rachel membuka kolom tanya jawab seputar Bipolar yang pernah ia alami.
"Memperingati hari Bipolar bisa tanya apa aja tentang Bipolar dari pengalaman aku," tulis Rachel.
Ada banyak pertanyaan dibahas Rachel setelah kolom pertanyaan itu dibuka.
Salah satunya seputar tahapan test untuk mengetahui apakah kita Bipolar atau tidak.
Baca Juga: Rachel Vennya Keluhkan Jerawat Akibat PMS, Berikut Cara Membasminya!
Menjawab pertanyaan itu, Rachel mengingatkan netizen agar tidak melakukan self diagnose atau asal menyimpulkan.
Dirinya meminta netizen agar pergi ke dokter dan memeriksakan kondisinya secara pasti.
"Harus di diagnose oleh dokter, kamu harus ke psikiatris di rumah sakit yaa, kamu nggak bisa bilang kamu bipolar cuma karena malem sedih paginya seneng terus kayak 'oh mood gue cepet berubah berarti gue bipolar' nggak kayak gituuu," tutur Rachel.
Tak hanya itu, Rachel juga menegaskan kalau tak hanya yang punya gangguan jiwa saja yang boleh ke dokter atau psikolog.
Baca Juga: Simak! Ini 6 Manfaat Berkebun untuk Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik
Semua orang yang pernah memiliki trauma atau masalah boleh untuk ke psikolog bahkan dianjurkan.
"Ke psikolog aja, nggak ada salahnya kok dan nggak harus yang punya penyakit gangguan mental yang ke psikolog, kalau abis kena trauma/shock/masalah juga sah-sah aja ke psikolog malah perlu banget," pungkasnya.
Nah, buat Kawan Puan yang merasa memiliki gejala seperti Bipolar atau gangguan jiwa lain, jangan sampai lakukan self diagnose ya.
Segera ke dokter atau psikolog agar tahu kondisi sebenarnya dan bisa mendapatkan perawatan terbaik.
(*)
Source | : | |
Penulis | : | Linda Fitria |
Editor | : | Linda Fitria |
KOMENTAR