Parapuan.co - Ibu dan anak memiliki keterikatan yang kuat, terlebih setelah dilahirkan.
Keterikatan emosi termasuk kekhawatiran, rasa cemas, intuisi, atau firasat.
Biasanya, setelah melahirkan ibu akan mengalami adaptasi sebagai ibu baru yang sering membuat stres atau baby blues.
Baca Juga: Kelelahan Bertambah, Ini Urutan Gejala Kehamilan dari Minggu ke Minggu
Karena adanya keterikatan, bayi kerap kali merasakan apa yang ibu rasakan.
Jika ibu mengalami suasana hati yang kacau, bayi sering mengikutinya dengan merengek dan menangis lebih dari biasanya.
Bayi dari ibu yang depresi atau cemas, mungkin memiliki respon stres yang lebih kuat dari bayi lainnya.
Melansir Verywell Family, sebuah studi di Jerman menemukan bahwa pada usia 3 bulan, bayi dari ibu yang depresi atau cemas memiliki respons stres yang lebih besar daripada bayi dengan ibu yang tidak mengalami kecemasan atau depresi.
Semua ibu diminta untuk bermain dengan bayinya, kemudian hentikan semua interaksi tetapi pertahankan kontak mata selama dua menit.
Selama waktu ini, semua bayi menunjukkan tanda-tanda kesusahan, tetapi bayi dari ibu yang depresi atau cemas memiliki peningkatan detak jantung yang jauh lebih tinggi daripada yang lain, yang menunjukkan respons stres yang lebih besar.
Dampak Ibu Depresi bagi Bayi
"Bayi dengan respons stres yang tinggi cenderung lebih sering menangis dan berusaha lebih keras untuk menenangkan diri," kata Jennifer Branstetter, seorang psikoterapis.
Ia menambahkan, tangisan ini selanjutnya meningkatkan respons stres pada orang tua dan dapat melanggengkan perasaan tidak mampu.
Ketika bayi dan orang tua sama-sama stres, ini bisa menjadi siklus negatif.
Untuk memutus siklus ini, pasangan, teman, atau tenaga profesional kesehatan dapat membantu.
Ketika orang lain yang tidak dalam keadaan stres mengajak bayi untuk dipeluk, hal itu dapat menenangkan bayi dan orang tua yang stres.
Ini bukan cerminan dari ketidakmampuan orang tua yang stres.
Ibu hanya perlu waktu untuk mengatur ulang rasa tenang agar bayi juga bisa merasakannya.
Baca Juga: Penting Buat Calon Ibu, Ini Penyebab Sakit Kepala Selama Kehamilan
Bayi sering kali mencerminkan emosi pengasuh dalam apa yang dikenal sebagai pengaturan emosional bersama.
Pengaturan emosional bersama adalah ketika seorang bayi mempelajari tanggapan emosional dari bagaimana seorang pengasuh menanggapi suatu situasi.
Jadi, jika ibu stres dalam suatu situasi, bayi akan mempelajari respons ini.
Atau jika ibu senang menanggapi rangsangan, bayi akan mempelajarinya sebagai pengalaman bahagia.
"Para ibu memiliki kebutuhan yang berbeda, temukan apa yang cocok untuk kamu dan bayimu," kata Tania Paredes, PhD, pekerja sosial klinis berlisensi yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti depresi pascanatal baik pada ibu maupun ayah.
Nasihatnya untuk orang tua baru adalah bekerja sama.
Ketika kedua orang tua memiliki ruang dan peran yang sama dalam pengasuhan anak, mereka berdua merasa lebih mampu untuk mengatasi dan mengandalkan satu sama lain.
Dengan bekerja sama, mereka dapat meminta bantuan sebelum stres dalam mengasuh menjadi luar biasa.(*)
Baca Juga: Alami Gatal Selama Kehamilan, Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya
Source | : | Verywell Family |
Penulis | : | Ericha Fernanda |
Editor | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
KOMENTAR