Parapuan.co - Kedua orang tua memutuskan bercerai saat kita sudah dewasa, mengapa ini harus terjadi padahal mereka sudah memadu kasih dalam waktu lama?
Ternyata, perceraian bisa saja terjadi dalam pernikahan meski terlihat baik-baik saja dan keduanya sangat dekat dengan kita.
Tak mengherankan jika dunia kita terasa hancur.
Tapi apalah daya, sebagai anak kita tidak bisa memaksa mereka untuk bertahan selamanya.
Baca Juga: Cara Beradaptasi sebagai Ibu Tunggal Baru, Begini Kata Psikolog
Keduanya sudah memiliki jalan yang berbeda dan keputusan berpisah adalah yang terbaik meski sangat menyakitkan.
Sebagai anak, kita harus berada di posisi netral dan tidak memihak ke ayah atau ibu, serta tak perlu mencampuri masalah mereka pribadi.
Kita tidak bisa digunakan sebagai penengah komunikasi antara mereka berdua.
Pastikan diri kita juga aman, apabila salah satu dari mereka toxic atau beracun bagi sebagian yang lain.
Baca Juga: Menengok Realita Stigma Sosial Terhadap Perempuan yang Bercerai
Menghindari orang tua seperti itu bukanlah hal yang salah, sebab jika kita selalu bersamanya maka akan mengganggu mental kita sendiri.
Carol Hughes, Ph.D., LMFT, adalah terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, pelatih perceraian yang berfokus pada keluarga, spesialis pengasuhan bersama, dan mediator memberikan saran.
Ia membagikan 5 cara orang dewasa mengatasi perceraian kedua orang tua, seperti dilansir dari Mindbodygreen berikut.
1. Akui bahwa kita berduka atas semua kehilangan
Ketika orang tua bercerai, kita akan kehilangan banyak hal, termasuk kehilangan keluarga besar yang utuh, sistem dukungan keluarga, dan teman bersama.
Impian kita tentang perayaan seperti liburan, wisuda, pernikahan, dan kelahiran, di mana anggota keluarga berkumpul menjadi satu akan hilang.
Berduka cita membutuhkan waktu, tapi kita sangat dianjurkan untuk bisa menerima segalanya meskipun itu tertatih-tatih.
Mengakui bahwa kita kehilangan adalah hal sulit, tapi langkah ini bisa membuat kita perlahan bangkit untuk hidup lebih baik lagi.
Baca Juga: Setelah Bercerai, Ben Affleck dan Jennifer Garner Terapkan Co-Parenting, Apa Itu?
2. Tetapkan batasan yang sehat
Hubungan orang tua dan anak dewasa meskipun sudah berpisah harus dilanjutkan, tidak ada yang namanya mantan anak dan mantan orang tua.
Meskipun sudah dewasa, tetap beri tahu mereka masing-masing untuk senantiasa berkabar dan memberikan dukungan dan kasih sayang, termasuk psikologis, keberadaan, dan finansial.
Jangan tempatkan diri kita sebagai penengah atau pengganti pasangan bagi mereka, jadi tetaplah menjalin hubungan dan komunikasi sebagai orang tua dan anak.
3. Ketahuilah bahwa kita tidak sendirian
Meskipun orang tua tempat kita bersandar sudah berpisah, kita tetap bersama mereka atau salah satunya apa pun yang terjadi.
Jika keduanya sangat toxic, kita bisa memilih untuk bersama support system yang lain, misalnya pasangan, sahabat dekat, kerabat, atau kakek-nenek.
Perlu waktu bagi kita untuk menerima dan membesarkan hati setelah perceraian orang tua.
4. Mengelola emosi dan jangan menghindarinya
Setelah orang tua berpisah, dunia kita sudah tidak sama lagi.
Ada banyak perubahan yang perlu diadaptasi.
Menerima perceraian bukan hal yang mudah, kita pasti mengalami guncangan seperti stres, bingung, marah, dan bertanya "Mengapa ini semua terjadi padaku?".
Akui saja bahwa perasaan kita itu ada, jangan menghindarinya.
Kita punya waktu untuk bersedih, marah, atau frustrasi.
Kelola emosi perlahan-lahan, selesaikan satu-satu, dan ingat bahwa kesehatan mental kita juga penting.
Baca Juga: Kawan Puan, Perceraian Tidak Menentukan Definisi tentang Siapa Kamu
5. Mintalah agar orang tua menjauhkan masalah pribadi mereka dari acara perayaan
Perceraian orang tua yang masih terluka dan marah satu sama lain dapat merusak perayaan untuk anak-anak dewasa mereka, seperti wisuda, pernikahan, dan kelahiran anak kita.
Jika perceraian orang tua penuh dendam, ingatkan mereka bahwa mereka pernah jatuh cinta dan menciptakan keluarga bersama.
Keluarga itu tetap ada, meski sudah bercerai.
Beri tahu mereka bahwa daripada membiarkan ketegangan, utarakan keinginan kita agar mereka menghadiri perayaan keluarga secara damai sehingga semua orang masih bisa merasakan rasa kekeluargaan.
Tapi, kita juga dapat meminta orang tua untuk tidak hadir jika mereka membuat pertemuan ini menjadi buruk. (*)
Source | : | mindbodygreen.com |
Penulis | : | Ericha Fernanda |
Editor | : | Linda Fitria |
KOMENTAR