Parapuan.co - Selama ini dunia pelayaran belum terlalu ramah untuk perempuan, namun Kapten Suarniati mampu mendobrak stigma tersebut.
Ya, dia pun menunjukkan keberaniannya dengan menjadi Nahkoda perempuan pertama di Indonesia.
Lalu, siapa sosok Kapten Suarniati ini?
Kepada PARAPUAN, beberapa hari lalu Kapten Suarniati menceritakan perjalanan kariernya, Kawan Puan.
Baca Juga: Perjalanan Fatmawati Soekarno dalam Kemerdekaan Republik Indonesia
Bukan perjalanan yang mulus dan mudah tentu saja.
Saat mengawali pendidikannya, Kapten Suarniati menceritakan bahwa orang tua sempat tidak mendukung keputusannya untuk bekerja di laut.
Ketidaksetujuan pihak keluarga ini tentu saja dilatarbelakangi oleh rasa kasih sayang kepada Kapten Suarniati.
Dunia pelayaran yang masih didominasi oleh laki-laki tentu membuat orang tua Kapten Suarniati khawatir, belum lagi waktu lama yang harus dihabiskan Kapten Suarniati di lautan.
"Pola pikirnya beliau bahwa kalau saya belayar saya enggak akan pulang-pulang. Kebetulan saat itu ada om, om jauh gitu, beliau pelaut juga.
"Nah, beliau pulang, kebetulan ke rumah. Nah, beliau inilah yang membuka pemahaman orang tua saya dari sudut pandang orang tua, bagaimana sih dunia pelayaran itu," cerita Kapten Suarniati.
Baca Juga: Sempat Gagal Jadi Paskibraka 2016, Gloria Hamel Kini Punya Prestasi
Perjuangan Kapten Suarniati tentu saja tidak berhenti begitu saja setelah mendapatkan restu dan izin dari orang tua serta keluarga.
Pada awal kariernya, Kapten Suarniati menceritakan kesulitannya dalam mendapatkan pekerjaan karena diskriminasi gender.
Menurut kisahnya, masih ada diskriminasi gender di dunia pelayaran Indonesia, Kawan Puan.
Banyak perusahaan pelayaran yang masih menutup rapat pintu untuk pelaut perempuan.
"Pada saat saya mencari tempat untuk Prala (Praktek Laut), itu saya melewati masa satu tahun, saya buang-buang waktu saya satu tahun. Padahal saya sudah lulus duluan, sudah berjuang, pengen cepat lulus, tiba-tiba saya stuck," kata Kapten Suarniati.
Menurut cerita Kapten Suarniati, tidak semua perusahaan membuka pintu untuk pelaut perempuan.
"Kenapa stuck? Karena enggak semua perusaahaan pelayaran menerima wanita, enggak semua.
"Mereka hanya bilang, misalkan kita datang, mereka bilang 'oh di sini enggak terima cewek'. Jadi tanpa mereka menerima kita punya CV atau appilcation letter, langsung 'di sini tidak terima cewek' udah selasai.
Jadi tidak ada kesempatan saya waktu itu untuk tes dulu, interview dulu, enggak ada kesempatan itu," cerita Kapten Suarniati.
Kapten Suarniati pun terus berusaha mencari perusahaan kapal yang mau menerimanya, Kawan Puan.
Baca Juga: Ikut Perang Lawan Belanda di Usia 17 Tahun, Ini Kisah Martha Christina Tiahahu
Hingga saat itu Samudera Indonesia, sebuah perusahaan pelayaran dengan transparan menerima perekrutan kadet perempuan.
Saat ini Kapten Suarniati sudah tidak lagi bertugas di laut, Kawan Puan.
Kapten Suarniati kini menjabat sebagai MPD Manager di PT Samudera Daya Maritim dan bertugas di darat.
Kepada PARAPUAN, Kapten Suarniati mengaku rindu dengan pekerjaannya di laut.
Di mana ia biasa menikmati pemandangan langit dan lautan sambil mendengarkan instrumen.
"Apalagi pas bulan purnama, terus lautnya tenang, dengerin instrumen, happy banget.
Baca Juga: Ini Kisah dan Perjuangan 5 Anggota Perempuan Paskibraka Nasional 2021
"Bayangkan duduk di kursinya Nahkoda, terus di headsetnya kita tu ada pianonya Richard Clayderman, biolanya Kitaro terus nikmati laut, itu indah sekali," ucap Kapten Suarniati sambil berkaca-kaca.
Nah, Kawan Puan, itu sekilas perjalanan Kapten Suarniati dalam bidang pekerjaan yang masih banyak didominasi laki-laki.
Meski sempat mendapat penolakan hingga harus menunggu satu tahun lamanya, sosoknya kini sukses menjadi inspirasi.
(*)
Penulis | : | Vregina Voneria Palis |
Editor | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
KOMENTAR