Tindakan cepat pihak berwenang mendapat pujian dari banyak orang di dunia maya, yang menilai dua kasus itu sebagai indikasi penegakan hukum dan peradilan pidana yang efektif di China.
Namun beberapa aktivis perempuan berpendapat bahwa dua kasus tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki nama besar.
Lalu bagaimana nasib korban pemerkosaan yang oleh pelakunya adalah masyarakat biasa?
"Tidak mengherankan bahwa kedua kasus tersebut telah menarik perhatian luas, mengingat Kris Wu dan Alibaba memiliki nama yang besar," kata Feng Yuan, seorang aktivis perempuan, dikutip dari CNN.
"Kasus ini adalah pengingat bahwa untuk banyak kasus kekerasan seksual lainnya yang jika terdakwa tidak begitu terkenal atau berpengaruh mungkin tidak akan didengar sama sekali," tegasnya.
Baca Juga: Korban Bertambah, Kris Wu Diduga Lecehkan Seorang Perempuan di Amerika
Para penyintas kekerasan seksual di China telah menghadapi stigma yang buruk selama bertahun-tahun, baik dari lembaga resmi mau pun masyarakat.
Pada tahun 2018, organisasi feminis di China mendorong perempuan untuk membagikan pengalaman mereka menjadi korban kekerasan seksual.
Tetapi gerakan itu dengan cepat dibubarkan pemerintah yang memblokir diskusi online feminis, termasuk menyensor tagar dan banyak unggahan terkait.
Aktivis perempuan menilai kasus Kris Wu menunjukkan pemerintah masih enggan membahas pelanggaran seksual sebagai masalah sistemik.
Alih-alih memberikan beban kesalahan kepada pelaku, pemerintah dan lembaga hukum lebih memilih untuk menyalahkan lingkungan.
Penulis | : | Alessandra Langit |
Editor | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
KOMENTAR