"Biasanya, keterampilan khusus lebih dihargai karena lebih sulit untuk diajarkan," ungkap Nannette Ripmeester, pendiri Expertise in Labor Mobility.
Menurut survei yang dilakukan PageGroup, sebanyak 23% orang mengatakan iklim ekonomi bertanggung jawab atas peran mereka sebagai generalis.
Nannette Ripmeester menyetujui hal tersebut dan berujar, "Banyak orang melakukan hal-hal yang tidak sepenuhnya merupakan bagian dari pekerjaannya."
Konsultan SDM di People Vision, Alyson Pallowe menuturkan, sebagian besar perusahaan lebih suka membayar seorang spesialis yang pandai di bidangnya.
Akan tetapi, menjadi generalis juga memberi kesempatan yang sama sebagai ujian sebelum memiliki spesialisasi tertentu.
Baca Juga: Bedanya Profesi Generalis Kim Seon Ho dan Spesialis Shin Min Ah di Hometown Cha-Cha-Cha
"Memiliki berbagai pengalaman dan keahlian berbeda memungkinkan karyawan mengidentifikasi peran ideal mereka dari waktu ke waktu, dan kemudian mencari pekerjaan spesialis," terang Dominic Wyld dari Guardian.
"Misalnya, orang yang bekerja di sejumlah area berbeda di perusahaan sebelum diidentifikasi sebagai spesialis di satu area tertentu," tambah Dominic.
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa kebutuhan dunia kerja akan karyawan generalis dan spesialis berbeda.
Suatu ketika seorang generalis perlu mempelajari spesifikasi khusus yang menjadi kebutuhan utama perusahaan.
Di sisi lain, seorang spesialis juga mesti mampu mengerjakan hal lain walau mungkin bukan menjadi bagian dari keahlian mereka.
Keputusan menjadi seorang generalis atau spesialis ada di tanganmu, ya. (*)
(*)
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Arintha Widya |
Editor | : | Aulia Firafiroh |
KOMENTAR