Konsultasi dengan hair expert
Tak lama menunggu di ruang nyaman yang disediakan, tim Parapuan pun dipersilakan berkonsultasi dengan hair expert Erha dr Apriyanti Mustika Dewi atau yang akrab disapa dr Tika.
Setelah mengecek rambut dan kulit kepala dengan alat khusus, dr Tika pun menanyakan berbagai hal mengenai kondisi rambut, mulai dari masalah yang dialami, seperti kerontokan, gatal, atau kering, hingga riwayat kerontokan atau kebotakan rambut anggota keluarga.
Dia menjelaskan, kebotakan rambut paling sering disebabkan oleh faktor hormonal yang diturunkan secara genetik. Kondisi ini disebut androgenic alopecia (AGA).
Baca Juga: 5 Makanan yang Ampuh Mengatasi Masalah Rambut Rontok, Apa Saja?
“Pada kondisi itu, folikel rambut di kulit kepala mengalami fase pertumbuhan (anagen) yang lebih pendek. Bahkan, folikel tersebut pun menjadi lebih kecil atau dikenal dengan istilah miniaturisasi folikel,” jelas dr Tika.
Akibatnya, rambut gagal beregenerasi dengan normal dan mengalami kerontokan sebelum waktunya. Kondisi ini juga bisa menyebabkan rambut tumbuh menjadi lebih pendek dan tipis.
Dokter Tika menuturkan, AGA paling banyak diidap oleh kaum pria dari segala kelompok usia, termasuk pada usia remaja.
Lebih lanjut dr Tika menjelaskan, kerontokan rambut juga bisa terjadi akibat kekurangan nutrisi, pengaruh obat, ketidakcocokan terhadap produk perawatan rambut, atau perubahan hormon pascamelahirkan.
Setelah meninjau kondisi rambut, dr Tika kemudian merekomendasikan tim Parapuan untuk melakukan treatment Hair Grow Activation Therapy.
Hair Grow Activation Therapy
Sebagai informasi, Hair Grow Activation Therapy merupakan terapi yang mengombinasikan teknologi Electroporation Needle System dengan Red Light Therapy.
Penulis | : | Aningtias Jatmika |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR