Parapuan.co - Diskriminasi usia atau ageisme bukan hanya terjadi pada orang dengan usia lanjut, tapi juga bisa dialami anak muda.
Ageisme terjadi saat seseorang mengalami diskriminasi karena usianya. Bukan cuma di lingkungan sosial, ageisme juga sering terjadi di dunia kerja.
Ada beberapa bentuk perilaku ageisme yang kerap kita temui seperti menanyakan usia saat tes wawancara hingga menganggap orang yang lebih tua sudah tidak produktif.
Berbagai macam dampak akan timbul terkait kondisi ini.
Seperti yang dilansir dari Medical News Today, berikut ini dampak yang timbul akibat ageisme, di antaranya:
Baca Juga: Tak Semua Masalah Pribadi Bisa Diceritakan ke Teman, Ini Etika Curhat yang Baik
1. Risiko terserang penyakit
Ageisme mengurangi kesehatan fisik dan mental seseorang, hingga mengurangi kualitas hidup seiring bertambahnya usia.
Hal ini juga berkaitan dengan risiko perubahan perilaku tidak sehat seperti merokok, hingga pola makan yang tidak sehat.
Hal semacam ini dapat menyebabkan seseorang memiliki risiko tinggi untuk terserang penyakit tertentu.
2. Kemiskinan
Biaya perawatan kesehatan yang tinggi serta tidak adanya pemasukan menyebabkan seseorang mengalami kemiskinan.
Hal semacam ini bisa menjadi sangat sulit bagi orang-orang yang sudah lanjut usia atau mengalami masa pensiun.
Sebagai contoh saat seseroang penyakit seperti stroke, mereka tentu perlu mendapatkan perawatan intensif seperti terapi.
Tak jarang jika beberapa perusahan menawarkan untuk pensiun dini, terlebih mereka dianggap sudah tidak produktif dalam melaksankan pekerjaan.
Tentu hal semacam ini membuatnya semakin terpuruk.
Baca Juga: Ageisme Jadi Masalah di Tempat Kerja karena Kesenjangan Usia, Apa Itu?
3. Harapan hidup yang rendah
Usia seseorang kerap dikaitkan dengan kematian.
Beberapa di antaranya menganggap bahwa seseorang yang sudah berusia lanjut memiliki potensi yang lebih besar untuk meninggal dunia.
Padahal tidak demikian. Pandangan semacam ini menyebabkan seseorang yang terkena ageisme memiliki harapan hidup yang rendah.
Hal semacam ini juga dikenal dengan ageisme terinternalisasi. Artinya seseorang menginternalisasi keyakinan ageisme mereka dan menerapkan pada diri sendiri.
Hal ini menyebabkan seseorang akan mengurung diri dan merasa bahwa mereka sudah tidak memiliki manfaat.
(*)
Penulis | : | Saras Bening Sumunarsih |
Editor | : | Dinia Adrianjara |
KOMENTAR