Parapuan.co - Pernikahan bukan cuma menyatukan dua insan, tapi juga menyatukan dua keluarga, saling menyatukan pikiran, dan bertumbuh bersama pasangan.
Dalam sebuah pernikahan, tak cuma berbicara dengan kebahagiaan. Tapi juga bagaimana untuk saling beradaptasi dan saling memahami.
Pernikahan memang tak selalu harmonis, di mana konflik dan perbedaan pendapat justru hadir untuk membuat hubungan semakin kuat.
Seperti melansir For Your Marriage, berikut adalah 4 tahap pertumbuhan dalam pernikahan.
Baca Juga: Tips Menghadapi Sikap Silent Treatment dari Pasangan, Salah Satunya Hindari Asumsi
Tahap Satu – Romantis, Gairah, Ekspansi, dan Janji
Masa awal menikah, pasangan sering berkomunikasi dengan mudah dan panjang lebar. Ya, dunia serasa milik berdua.
Obrolan di tahap awal ini menarik dan penuh harapan, yaitu mimpi, cita-cita, masa depan, dan janji berdua.
Masing-masing individu berusaha menjadi yang terbaik untuk pasangan dengan meminimalkan perbedaan individu.
Momen ini menjadi saat yang perlu diingat, di mana pasangan saling mensyukuri kehadiran masing-masing dan menikmati setiap waktu bersama.
Tahap Dua – Menetap dan Realisasi
Realita kehidupan pernikahan mulai terasa, termasuk kelebihan dan kekurangan pasangan yang belum diketahui sebelumnya.
Masing-masing mulai memahami pentingnya komunikasi terbuka dan keterampilan mendengarkan yang baik dalam menikah.
Pernikahan terasa seperti rutinitas, yang perlu dihidupkan lagi terkait gairah dan romantisme dengan pasangan.
Momen ini, pasangan perlu jujur dan terbuka atas apa pun. Termasuk menyampaikan kebutuhan, keinginan, hingga komplain kepada pasangan dengan cara yang baik.
Baca Juga: 7 Kebutuhan Emosional Dalam Hubungan Asmara, Salah Satunya Rasa Aman
Tahap Tiga – Pemberontakan dan Konflik
Pernikahan terdiri dari dua orang yang berbeda, ini menyadarkan bahwa pernikahan tak selamanya bisa memenuhi harapan satu sama lain.
Konflik rumah tangga pasti ada, termasuk mengecewakan, tidak sengaja saling menyakiti, menyalahkan, menilai, mengkritik, merasa lebih berkuasa, hingga mendiamkan (silent treatment).
Perbedaan menjadi terlihat sebagai 'jurang pemisah', yang dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang merasuk ke dalam hubungan.
Momen ini, pasangan perlu melatih rasa empati, saling memaafkan, menerima, dan introspeksi diri untuk menjaga komitmen bersama sembari menghargai kebutuhan masing-masing.
Tahap Empat – Penemuan, Rekonsiliasi, dan Memulai Lagi
Pasangan dapat melewati tahap sebelumnya melalui komunikasi yang mendalam, kejujuran, dan kepercayaan. Idealnya, mereka menemukan dan menciptakan keterikatan baru.
Masing-masing individu lebih menghargai dan mensyukuri hubungan, serta menyadari kekurangan dan kelebihan diri agar bisa bertumbuh bersama.
Kehidupan pernikahan menjadi lebih harmonis, di mana masing-masing pihak mengurangi perilaku negatif seperti merasa berkuasa atau menyalahkan.
Momen ini, perasaan ke pasangan menjadi lebih jujur, dewasa, dan komunikasi terbuka berjalan dengan lancar. Perbedaan bukan jadi pemisah, tapi justru memperkaya hubungan.
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Kehidupan Seksual, Lakukan 4 Hal Ini Bersama Pasangan
Kesimpulannya, pertumbuhan sepanjang perjalanan pernikahan membutuhkan keterbukaan dan fleksibilitas.
Tidak ada hubungan tanpa masalah, tapi dengan tetap bertahan dan mengevaluasi diri maka pernikahan bisa berkembang lebih baik.
Penulis | : | Ericha Fernanda |
Editor | : | Dinia Adrianjara |
KOMENTAR