Para peneliti menganalisis data dari tahun 2011, 2013, dan 2015 dan melakukan wawancara dan tindak lanjut satu per satu.
Selama setiap tindak lanjut 2 tahunan, dokter melakukan pengukuran fisik, dan mereka mengumpulkan sampel darah setiap dua siklus tindak lanjut.
Para peneliti mengukur fungsi ginjal menggunakan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR).
Mereka menilai gejala depresi dengan skala 10-item Center for Epidemiologic Studies Depression (CES-D).
Selama rata-rata tindak lanjut 4 tahun, 260 atau 6% dari peserta mengalami disfungsi ginjal yang dipercepat.
Baca Juga: Tak Hanya Dirasakan Ibu, Ini 4 Penyebab Baby Blues yang Dialami Ayah
Setelah menyesuaikan faktor demografi, psikososial, atau klinis, tim menemukan "hubungan positif yang signifikan antara gejala depresi dasar dan penurunan fungsi ginjal yang cepat" pada populasi umum.
Secara khusus, mereka menemukan bahwa individu dengan "gejala depresi tinggi" memiliki risiko 39% lebih besar dari "penurunan fungsi ginjal yang cepat."
Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang umum, yang lazim pada orang dengan CKD.
Ini dapat mengaktifkan beberapa "mekanisme potensial" yang dapat berkontribusi pada kerusakan fungsi ginjal yang cepat.
(*)
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
KOMENTAR