Grid.ID - Ganja untuk pengobatan?
Untuk orang awam, ganja termasuk barang narkotika tetapi untuk sebagian orang yang paham, ganja memiliki manfaat jika pemakaiannya diawasi.
Salah satu orang yang menggunakan ganja adalah Yeni Riawati, warga Sanggau, Kalimantan Barat yang akhirnya meninggal dunia lantaran pengobatannya dengan ganja dihentikan.
Ini tak lain karena suaminya, FIdelis Ari, ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Sanggau, Kalimantan Barat dengan barang bukti 39 batang ganja yang ia tanam.
(BACA JUGA Ganja Tak Dikonsumsi Akhirnya Yeni Riawati Meninggal, Ini Cerita Tragisnya)
Ganja yang diracik menjadi obat Yeni Riawati karena ia menderita penyakit langka yakni Syringomyelia.
Melansir Drugabuse.gov, The Food and Drug Administration (FDA) belum mengakui atau menyetujui tanaman ganja sebagai obat.
The Food and Drug Administration (FDA) adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat yang bertugas mengatur makanan, suplemen makanan, obat-obatan, produk biofarmasi, transfusi darah, peranti medis, peranti untuk terapi dengan radiasi, produk kedokteran hewan, dan kosmetik di Amerika Serikat.
Namun, studi ilmiah tentang bahan kimia yang terkandung dalam ganja, yang disebut cannabinoid, yang menghasilkan dua jenis obat pil sudah disetujui FDA.
Tanaman ganja mengandung bahan kimia yang dapat membantu dan mengobati berbagai penyakit dan gejala.
Banyak orang berpendapat bahwa pemakaiannya harus untuk tujuan medis, bukan disalahgunakan.
Bahkan saat ini, dilansir dari Drugabuse.gov, semakin banyak negara yang telah melegalkan ganja untuk penggunaan medis.
FDA membutuhkan studi dan uji klinis yang dilakukan dengan hati-hati dengan ribuan subyek manusia untuk menentukan manfaat dan risiko dari obat dari hasil racikan ganja.
Sejauh ini, para peneliti belum cukup yakin dari hasil uji klinis dalam skala besar yang menunjukkan bahwa manfaat dari tanaman ganja lebih besar daripada risiko yang dihadapi oleh pasien yang sedang diobati.
Cannabinoids adalah bahan kimia yang terkait dengan delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang kandungannya mencapai 100 cannabinoids dalam setiap tanaman ganja.
Para ilmuwan serta produsen ilegal telah menghasilkan banyak cannabinoids di laboratorium.
Beberapa cannabinoids ini sangat kuat dan telah menyebabkan efek kesehatan serius ketika disalahgunakan.
Hal ini disebabkan tubuh manusia juga menghasilkan bahan kimia cannabinoid sendiri.
Cannabinoid dalam tubuh manusia akan memainkan peran dalam mengatur kesenangan, memori, berpikir, konsentrasi, gerakan tubuh, kesadaran waktu, nafsu makan, nyeri, dan indera (rasa, sentuhan, bau, pendengaran, dan penglihatan).
Berguna sebagai obat?
Saat ini, ada dua cannabinoids utama dari tanaman ganja yang digunakan untuk medis, THC dan CBD.
THC dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi rasa mual.
THC juga dapat menurunkan nyeri, peradangan (pembengkakan dan kemerahan), dan masalah kontrol otot.
Tidak seperti THC, CBD merupakan cannabinoid yang tidak membuat orang "kuat".
CBD berguna dalam mengurangi rasa sakit dan peradangan, mengendalikan serangan epilepsi, dan bahkan mungkin mengobati penyakit mental dan kecanduan.
Banyak peneliti, termasuk yang didanai oleh National Institutes of Health (NIH), terus mengeksplorasi kemungkinan penggunaan THC, CBD, dan cannabinoids lainnya untuk perawatan medis.
Penelitian pada hewan terbaru menunjukkan bahwa ekstrak ganja dapat membantu membunuh sel kanker tertentu dan mengurangi ukuran sel lain.
Bukti dari studi lainnya mengungkapkan bahwa penelitian pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak yang dimurnikan dari ganja dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker ganas, sel kanker tumor otak.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pengobatan dengan ekstrak dimurnikan dari THC dan CBD, bila digunakan dengan radiasi, meningkatkan efek kanker membunuh radiasi.
Para ilmuwan di Amerika Serikat juga banyak melakukan uji praklinik dan klinik ganja serta ekstrak ganja untuk mengobati gejala penyakit.
Beberapa penyakit yang sedang diteliti di antaranya penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, termasuk HIV / AIDS, multiple sclerosis (MS), yang menyebabkan hilangnya bertahap kontrol otot, peradangan, rasa sakit, kejang, gangguan penggunaan zat, cacat mental.
Bagaimana dengan Indonesia?
Kepala Badan Narkotika Nasional Budi Waseso menegaskan tidak ada pengampunan bagi Fidelis Arie Sudewarto, tersangka kepemilikan 39 pohon ganja yang membuat ekstrak untuk penyakit istrinya.
"Tidak ada pengampunan ya," kata pria yang akrab disapa Buwas itu di Gedung DPR, Jakarta, seperti yang dikutip Grid.ID dari Tribunnews, Jumat (31/3/2017).
Buwas menegaskan adanya larangan menanam ganja.
Meskipun, ganja tersebut tidak digunakan pemilik maupun diperjualbelikan tetapi tetap dilarang.
Mengenai ekstrak ganja bagi penyembuhan istri tersangka, Buwas menuturkan hal itu masih harus dibuktikan.
"Penyembuhan itu kan harus melalui medis. Kata siapa itu menyembuhkan. Itu kan katanya. Penelitian secara medisnya kan belum ya. Itu jangan alat pembenaran sehingga ada keinginan beberapa kelompok masyarakat atau LSM agar ganja dibebaskan Salah satunya caranya itu seolah untuk pengobatan. Buktinya apa?" tanya Jenderal Bintang Tiga itu.
Source | : | National Institute on Drug Abuse,National Institutes of Health,U.S. Department of Health and Human Services. |
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |