Di pengadilan juga terungkap bahwa April memiliki kegiatan rutin setelah putrinya diperkosa sang pengedar heroin. Sebagai "upah" April memberi putrinya itu heroin.
"Terkadang terdakwa memberi sedikit heroin untuk putrinya. Putrinya sebenarnya tak mau, tetapi dia mengatakan, 'kau anak baik. Kau melakukan hal yang benar'," ujar Katie Pridemore.
Perkosaan yang dilakukan pengedar heroin bernama Shandell Willingham itu terjadi empat kali antara Februari hingga Juni 2014.
Selama kurun waktu itu, hakim Ghiz mengatakan, April tak pernah meminta maaf kepada putrinya atas perbuatannya itu.
Kini, anak perempuan yang sudah berusia 13 tahun itu, tinggal di negara bagian lain bersama ayah dan ibu tirinya.
Dia menjalani perawatan medis, pernah berniat bunuh diri dan masih terus mengonsumsi obat-obatan medis. Dengan kondisinya saat ini, tak banyak yang yakin putri April ini bisa bertahan.
"Saya melihat cucu saya dan mendengar suara kecilnya. Bagaimana dia (April) bisa melakukan ini semua? Saya tak yakin cucu saya bisa kembali menjalani hidup normal," ujar sang nenek di pengadilan.
Aparat keamanan mengetahui kasus ini pada Juni 2014 ketika anak itu pindah ke kediaman ayahnya yang kemudian melaporkan masalah tersebut ke polisi.
Kasus ini tidak mengejutkan warga kawasan pinggiran Ohio, tempat April selama ini berdomisili.
"Maksud saya, hal tersebut sangat sering terjadi di kawasan ini," kata Keith Benson, warga setempat.
"Mungkin tidak separah (kasus) ini tetapi laporan soal penyiksaan hewan dan perkelahian sering terdengar. Kasus ini sedikit mengejutkan tetapi bukan sama sekali tak diduga," tambah Benson.
Sementara itu, Shandell Willingham, sang pengedar heroin juga ditangkap dan kini tengah menunggu proses sidang.(*)