Grid.ID-Beberapa waktu lalu situs resmi Telkomsel diretas dan menghebohkan masyarakat.
Dalam pesannya di website Telkomsel yang dibobol, hacker meminta tarif internet Telkomsel diturunkan karena dianggap mahal.
Telkomsel sendiri mengklaim tarif mereka sesuai dengan kualitas layanan yang diberikan, serta bertujuan untuk menjaga kesinambungan bisnis mereka sendiri.
Permintaan turun tarif terus bergema di masyarakat, sehingga harus dicari format yang mendekati ideal.
(BACA JUGA Liburan ke Jepang, Sebenarnya Evelyn Ingin Ajak Aming, Tapi... )
Untuk itulah pada Selasa (16/5), di Jakarta Theater, digelar seminar "Polemik Tarif Data: Mencari Format Ideal Yang Berpihak Pada Konsumen".
Acara dihadiri oleh Mekominfo Rudiantara, Tulus Abadi Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), I Ketut Prihadi anggota BRTI, Yessi dari Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia, serta Syarif Mahmud dari Indosat.
Mereka berdiskusi untuk mendapatkan solusi, seberapa besar tarif yang layak dijual ke konsumen melalui batas bawah dan atas sesuai dengan layanan yang ditawarkan operator.
(BACA JUGA Fakta, Tukang Servis Hape di Mal Ambasador Lebih Jago dari Teknisi Singapura )
Menurut Menkominfo Rudiantara, keterjangkauan itu tidak hanya keberadaan layanan tetapi juga tawaran layanan dengan harga yang terjangkau.
“Dari sisi penyelenggara jasa seluler, keuntungan bisnis memang menjadi orientasi."
"Tetapi karena iklim bisnis yang sangat kompetitif, operator harus selalu melihat bagaimana kondisi persaingan di lapangan,” ujarnya.
Adapun Ketua YLKI, Tulus Abadi, mengatakan bahwa menurun konsumen, layanan data sebaiknya tidak membuat pengguna dalam posisi memilih sesuatu, karena tak ada layanan lain yang tersedia.
(BACA JUGA Luar Biasa! Kasih Ibu Sanggup Antarkan Sang Difabel ke Harvard University )
“Contoh paling nyata, bagaimana ’memaksa’ konsumen untuk merasakan bundling dengan konten-konten tertentu yang nyatanya tidak sesuai dengan keinginan penggunanya,” katanya.
Seperti kita ketahui, ada operator yang memaksa konsumen untuk membeli paket yang sudah dibundling dengan konten video, yang belum tentu dibutuhkan.
Masih menurut Tukus Abadi, jika ingin industri telekomunikasi sehat, seharusnya regulator bisa memaksa agar operator telekomunikasi yang belum hadir di daerah terpencil, terluar dan dan terdepan.
Diharapkan dengan kehadiran lebih dari satu operator, masyarakat memiliki pilihan. (*)