Laporan Wartawan Grid.ID, Siti Sarah Nurhayati
Grid.ID - Komedian Pandji Pragiwaksono turut memberikan komentarnya terkait polemik rancangan RUU Permusikan yang saat ini menuai konflik.
Banyak musisi yang menolak beberapa pasal yang ada dalam rancangan RUU Permusikan yang baru saja dikeluarkan oleh pemerintahan.
Bahkan penolakan ini datang dari 262 pelaku musik yang tergabung dalam Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan.
Baca Juga : Dua Pekan Menjelang Pernikahan, Ahok dan Puput Nastiti Devi Belum Sebar Undang ke Tetangga
Mereka justru menilai RUU Permusikan tidak memiliki urgensi dan justru berpotensi merepresi para musisi.
Sedikitnya ada 19 pasal yang dianggap bermasalah di RUU Permusikan.
Meski demikian, sebagai seorang komedian sekaligus rapper, Pandji lebih memilih untuk menjadi penengah ditengah panasnya polemik rancangan RUU Permusikan ini.
"Kalau gue sih, lebih pengin jadi orang yang menengahi dan yaudah kita duduk bareng, ngapain sih ini jatohnya lama-lama kayak Avengers gitu, civil war," ungkap Pandji saat dihubungi awak media pada Senin (4/2/2019).
"Yang satu mau meregulasi diri karena merasa perlu, yang satu merasa kalau kita gini, yang bertanggungjawab siapa? Pemerintahan," sambungnya.
Justru hal tersebut semakin membuat kisruh dan menghambat adanya RUU Permusikan di Indonesia.
"Aduh ribet banget nggak ngerti. Gitu kan sama kan, tapi sebagai penonton kita semua kan suka Captain Amerika. Jadi nggak perlu yang gini-gini," katanya.
Dirinya setuju dengan adanya pasal yang ditolak, namun ia juga merasa jika dunia permusikan harus berada di bawah naungan pemerintahan, dan diatur dalam undang-undang dengan hanya menghilangkan pasal yang ditolak saja.
Namun RUU Permusikan tetap dijalankan, ia juga mengibaratkan bahwa rancangan RUU Permusikan yang ada saat ini bagaikan siomay.
Baca Juga : Jelang Pernikahan Ahok dan Puput Nastiti Devi, Kediaman Mempelai Wanita Tidak Siapkan Apapun
"Yaudah kalau pasalnya ditolak ya gue setuju. Tapi RUU-nya itu loh. Yang gue bilang di postingan gue, kalau lo makan somay terus lo nggak suka pare, ya parenya lo buang. Jangan somaynya lu bilang sampah dong."
"Kalo ternyata di piring banyakan pare dibanding somaynya, tetep aja lo mau makan somay kan. Yaudah buang aja parenya, tambahin somaynya, tambahin bumbunya, tambahin kecap, udeh," tukasnya. (*)
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Widyastuti |