Mereka merasakan perjalanan udara yang begitu berat, sehingga jarak pandang hampir nol dan pilot dipaksa untuk terbang dengan instrumen.
Hingga suatu ketika, pesawat menabrak puncak dan menyebabkan sayapnya robek, dan langsung membunuh beberapa penumpang.
Sedangkan sisanya korban terdampar di suhu dingin di atas Andes.
Rasa kedinginan adalah masalah yang mendesak korban belum berpakaian untuk mengenakan baju paling hangat.
Baca Juga: Padatnya Jadwal Ramadan Bukan Halangan untuk Tampil Cetar
Sedangkan pesawat yang hancur hanya mampu memberikan sedikit perlindungan, setelah mengalami kedinginan mereka juga kehausan hingga mengalami dehidrasi.
Kemudian, seorang anggota tim yang cerdas menggunakan aluminium untuk mencairkan es dan masalah ini teratasi.
Namun kelaparan adalah masalah terburuk mereka, karena tidak ada sumber makanan yang tersisa, seriring berjalannya waktu tidak ada tanda-tanda penyelamatan.
Mereka merasakan nafsu makan yang meronta-ronta, dan ketakutan yang ditekan perlahan-lahan kembali.
Baca Juga: Teknologi Canggih Ini Bikin Motor Irit, Performa Tetap Gesit
Tanpa ada tanda-tanda penyelamatan, Nando Parrado menyaksikan dirinya menatap kaki bocah yang terluka, seketika nafsu makannya naik tanpa memperdulikan kejijikannya.
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |